kicknews.today – Gas LPG subsidi 3 kilogram di Kabupaten Dompu langka dan mahal. Bahkan harganya capai Rp35 ribu per tabung. Kondisi itu dikeluhkan banyak masyarakat hingga pengusaha rumah makan dan pedagang UMKM.
Kelangkaan gas LPG di Dompu beberapa hari terakhir juga ramai di media sosial. Beberapa pemilik restoran memposting keluhan sulitnya mendapatkan gas LPG 3 kg. Bahkan mereka terpaksa menutup warung.
“Hari ini, ada tujuh rombongan yang cancel berkunjung ke Sambal Bakar Juara (rumah makan), karena kendala gas. Luar biasa darurat gas 3kg,” tulis akun media sosial, Auis Ewis Aftaf.
Keluhan yang sama juga disampaikan beberapa warga lain di media sosial. Mereka mengaku heran gas LPG tiba-tiba habis di pangkalan, padahal baru didatangkan. Iapun terpaksa mencari di tempat lain dengan harga lebih mahal.
“Heran juga, kok bisa bilang stok LPG habis padahal baru datang. Tolong pemerintah tindak pangkalan nakal seperti ini, kalau bisa cabut izinnya,” sesal Isti, warga Kecamatan Woja.
Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Dompu, ir Armansyah MSi membenarkan kondisi tersebut. Hanya saja ia membantah jika kondisi itu disebut kelangkaan.
“Bukan langka, tapi terbatas,” jelas Armansyah, Selasa (6/8/2024).
Kebutuhan gas LPG subsidi 3 kilogram di Kabupaten Dompu kata dia, sebenarnya sudah sesuai ketentuan dan kebutuhan. Munculnya persoalan gas LPG di masyarakat, karena pemilik usaha seperti warung, restoran dan UMKM harus rebutan dengan rumah tangga.
“Masalahnya di sini. Semestinya untuk rumah makan, restoran dan UMKM menggunakan gas non subsidi seperti yang 12 kg. Itu juga tidak membuat mereka rugi,” katanya.
Menurut Armansyah, kebutuhan gas untuk rumah makan dan UMKM itu lebih banyak ketimbang rumah tangga. Sehari saja bisa menghabiskan 2 sampai 3 tabung gas LPG 3 kg.
“Beda dengan rumah tangga, satu tabung gas bisa dipakai berminggu-minggu,” ungkapnya.
Upaya pencegahan juga kata Armansyah, tentu sulit dan tidak efektif meskipun harus membawa KTP seperti yang sudah pernah diterapkan. Sebab trik pemilik warung maupun restoran ini sulit dicegah. Terkadang mereka menyuruh orang lain untuk membeli gas di tiap pangkalan atau pengecer.
“Mereka tidak membeli dengan jumlah banyak di tiap pangkalan, karena itu jelas ditolak. Tapi gas itu dikumpulkan dari tiap pangkalan atau pengecer,” katanya.
Kuota gas LPG untuk Kabupaten Dompu sejatinya sudah sesuai kebutuhan rumah tangga yang didata pada saat konveksi minyak tanah ke gas. Namun, belakangan gas ini diincar banyak pelaku usaha karena harganya lebih murah dan terjangkau.
“Solusinya cuma satu, yakni penambahan kuota. Kami sudah bahas solusi ini bersama pak Sekda jauh-jauh hari, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menghadap ke Kementerian ESDM,” katanya.
Selain itu, dia juga menyarankan setiap rumah tangga memiliki 2 tabung gas LPG. Ketika gas habis, mereka tidak kesulitan mencari gas karena punya cadangan.
“Solusi lain kalau bisa setiap rumah tangga harus punya kartu gas LPG. Itu lebih efektif, karena pencegahannya bisa langsung dari pangkalan,” pungkasnya. (jr)