Gerbang kehormatan di Pelabuhan Ampenan

Gerbang Kehormatan di Kota Tua Ampenan
Gerbang Kehormatan di Kota Tua Ampenan

kicknews.today – Sebelum pelabuhan Ampenan dipindahkan ke daerah Lembar di Lombok Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan KM. 77/LL305/PHB-77 tanggal 13 Oktober 1977 dan berdasarkan KM. 13/LL305/PHB-79 tanggal 11 Januari 1979 maka sontak saat itu palabuhan Ampenan mulai ditinggalkan penghuninya lalu dibiarkan menjadi kota tua tak berdaya.

Sebelumnya pelabuhan Ampenan ialah salah satu pelabuhan paling ramai di Nusantara. Bahkan peresmian pelabuhan Ampenan dihadiri langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu Mr. Dr. Dirk Fock yang memerintah antara tanggal 24 Maret 1921 sampai 6 September 1926.

Menurut beberapa sumber, pelabuhan Ampenan dikunjungi orang paling berkuasa di negeri ini dari tanggal 6 hingga 8 April 1925. Sebuah gerbang kehormatan dibangun persis di pintu masuk pelabuhan Ampenan.

Bukan hanya saat kedatangan, bahkan saat Mr. Dr. Dirk Fock meninggalkan pulau Lombok untuk kembali ke pusat pemerintahannya di Batavia, spanduk bertuliskan “Selamat Berangkat jang Di Pertoean Besar G.G” juga dipasang. G.G merupakan singkatan dari Gouverneur-Generaal yang merupakan jabatannya kala itu.

Dahulu pelabuhan Ampenan ialah urat nadi perdagangan Pulau Lombok di abad ke-19. Ditandai dengan banyaknya bangunan tua baik pemukiman maupun eks gudang di areal tersebut. Hingga pemerintah kolonialisme Belanda pun tertarik akan menguasai pelabuhan tersebut.

Pasca kekalahannya Kerajaan Mataram-Lombok yang dikuasai Karangasem Bali oleh Belanda pada 1894, membuat pemerintah kolonial bernafsu ingin menguasai jalur perdagangan termasuk ingin menyedot kekayaan alam yang dimiliki Pulau Lombok yang dahulunya merupakan bagian dari Pulau Sunda Kecil bersama Bali. Hingga dibangunlah Pelabuhan Ampenan pada 1896. Besar kemungkinan gerbang kehormatan G.G Mr. Dr. Dirk Fock merupakan momentum peresmian Pelabuhan Ampenan.

Dari catatan Dr Alfons van der Kraan, menjelaskan Lombok sangat kaya akan kandungan mineral. Termasuk juga hasil pertanian seperti beras, kopi, dan kandungan mineral seperti timah, biji besi serta dugaan adanya kandungan emas serta ledokan raksasa sumber minyak bumi di bagian utara Lombok. hal inilah yang kemudian mendorong Belanda melakukan politik kontrol secara langsung terhadap Pulau Lombok.

Michael Mc Millan menyebutkan ibu kota Mataram saat dirinya yang menceritakan perjalanannya ke Pulau Jawa dalam buku “A Journey to Java” pada awal abad 19, serta dikatakan pula soal pusat perdagangan Ampanam (Ampenan).

“Sejak tahun 1894, pulau ini (Lombok) berada di bawah pemerintahan Belanda,” katanya.

Sejak itu, kemudian Belanda membangun fasilitas dan sarana pendukung aktivitas pelabuhan Ampenan, seperti perbaikan dermaga, jaringan transportasi dari Ampenan ke seluruh penjuru Pulau Lombok (jalan, jembatan dll.), rumah gadai, Nederlandsche Indische Handelsbank, dan kantor Koninklijk Paketvaart Maatschappij (KPM).

Ramai dan strategisnya Ampenan sebagai pelabuhan dagang, menjadi daya tarik bagi para pedagang nusantara maupun mancanegara untuk mendirikan perusahaan dan tinggal menetap di Ampenan.

Goerge Peacock King, seorang pedagang asing dari Inggris dan Mads Lange dari Denmark menetap dan mendirikan kantor dagang di Ampenan. Selain itu, banyak juga pedagang dari Cina dan Arab, serta pedagang dari nusantara yang menetap di Ampenan. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI