Jaga peninggalan leluhur, NTB butuh meseum desa

Museum Negeri NTB melakukan penilaian pada lomba 'Pameran Pusake Desa' yang di pamerkan oleh Desa-desa se Kecamatan Lingsar dalam event Perang Topat di Lingsar, Lombok Barat, Senin (27/11/23).
Museum Negeri NTB melakukan penilaian pada lomba 'Pameran Pusake Desa' yang di pamerkan oleh Desa-desa se Kecamatan Lingsar dalam event Perang Topat di Lingsar, Lombok Barat, Senin (27/11/23).

kicknews.today – Museum Negeri NTB melakukan penilaian pada lomba ‘Pameran Pusake Desa’ yang di pamerkan oleh Desa-desa se Kecamatan Lingsar dalam event Perang Topat di Lingsar, Lombok Barat, Senin (27/11/23). Pemeran pusake yang merupakan rangkaian kegiatan dari event perang topat ini adalah kegiatan perdana yang diinisiasi oleh Museum NTB sebagai upaya pelestarian budaya dengan melibatkan desa-desa di Kecamatan Lingsar.

Pameran yang diikuti oleh 7 desa yang berada di Kecamatan Lingsar ini melibatkan ketua Majelis Adat Sasak, Dr. H. Lalu Sajim Sastrawan, didampingi Pamong Budaya Museum NTB, Bunyamin, M.Hum, dan Bardikari, S.S dalam melakukan penilaian lomba pameran.

Kepala Museum NTB, Ahmad Nur Alam, S.H., M.H dalam sambutannya menyampaikan bahwa pameran pusake ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan sebagai upaya pihaknya dalam mendorong pembentukan museum desa.

“Jadi kita berharap kegiatan ini adalah awal dari pergerakan yang lebih besar yaitu museum desa,” tuturnya.

Dalam menjaga benda-benda pusake ini, lanjutnya, jika tidak dibuatkan museum di level desa, maka benda tersebut tidak akan terlindungi. Sebab menurutnya, benda-benda cagar budaya saat ini tengah menjadi perburuan kolektor.

“Sehingga kami di Museum NTB dengan tema ‘Kotaku Museumku Kampungku Museumku’ akan terus bergerak menyampaikan kepada masyarakat luas betapa pentingnya untuk kita menjaga barang-barang peninggalan leluhur kita,” tambahnya.

Ia juga mendorong agar pemenang dari pada lomba pameran pusake ini untuk segera membentuk museum desa dan akan didampingi oleh museum NTB terkait dengan proses pembentukannya.

“Jadi dengan terbentuknya museum desa ini, kita dapat melindungi dan melestarikan budaya kita, kita berharap kegiatan ini untuk membuat pariwisata berbasis kebudayaan,” harapnya.

Sementara itu Camat Lingsar, Marzuqi, S. A.P menyampaikan apresiasi atas gagasan yang dilakukan oleh Museum Negeri NTB dengan terlaksananya Pemaran Pusake Desa ini. Menurutnya, adanya pergelaran pameran pusake desa ini sebagai upaya bagi masyarakat untuk terus melestarikan budaya peninggalan adat istiadat.

“Jadi kami sangat berharap kalau bisa tetap dilakukan. gak usah setahun sekali lah, kalau bisa triwulan bahkan bulanan,” harapnya.

Ia juga mengatakan maksud dari pada kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan makna filosofi pada generasi dan masyarakat Lingsar terkait dengan kultur dan budaya.

“Keinginan kami biar generasi kita, anak-anak kita bahkan termasuk orang tua kita mengetahui makna-makna filosofi dari kultur atau budaya barang peninggalan orang-orang tua kita terdahulu,” terangnya.

Selanjutnya, Ketua Tim Penilaian, Dr. H. Lalu Sastrawan yang juga sebagai Ketua Majelis Adat Sasak, menyampaikan dukungan terhadap pembentukan museum desa. Hal ini menurutnya, sebagai sarana perlindungan. Karena benda-benda budaya yang tersebar di masyarakat ini harus dilindungi.

“Program museum desa ini harus kita dukung agar benda-benda budaya kita ini terlindungi,” tuturnya.

Selain itu, Ia juga mengatakan bahwa lomba pameran pusake ini merupakan suatu monumental. Karena hal ini baru pertama kali dilakukan. Sehingga ia berharap agar kegiatan seperti ini terus dilakukan sebagai upaya pelestarian terhadap benda cagar budaya.

“Saya berharap kegiatan seperti ini terus kita lakukan, agar khazanah kekayaan budaya kita tetap terlindungi,” harapnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI