kicknews.today – Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya. Meski tidak menular, risiko kematian dari penyakit ini perlu penanganan serius.
Ketua Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Baiq Reny Ermayuningsih mengatakan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB mencatat kasus gagal ginjal mengalami peningkatan sebesar 10 persen setiap tahunnya.

“Di Provinsi NTB sudah ada 13 unit hemodialisis (HD). Selain itu, penderita gagal ginjal juga bisa melakukan cuci darah secara mandiri di rumah. Dan itu perawatnya kita training dulu,” jelas Baiq Reny.
Di terangkan Baiq Reny, Peningkatan angka gagal ginjal paling besar disebabkan karena diabetes. Kasus ini tidak hanya menyerang orang dewasa melainkan anak-anak.
“Saat ini kita di NTB sudah tidak merujuk lagi untuk gagal ginjal anak. Kita sudah melayani pasien anak,” ungkapnya.
Baiq Reny menyebutkan, pada bulan Agustus 2024 RSUD NTB sudah menangani pasien anak anak yang mengalami gagal ginjal. Diantaranya 3 anak di bawah usia 15 tahun, kemudian remaja usia 16-18 tahun.
“Penanganan untuk kasus gagal ginjal pada usia remaja sudah banyak ditangani di RSUD Provinsi NTB. Dalam sebulan bisa mencapai 25-45 kasus dengan usia yang random,” katanya.
Menurutnya, peningkatan kasus gagal ginjal terjadi karena gaya hidup si anak. Makanan dan minuman kemasan yang berwarna serta kurangnya asupan air mineral (air putih, Red).
Sementara, Ketua Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan Wilayah IPDI NTB Restu Karina Putra S.Kep Ns menyebutkan gagal ginjal ada dua yaitu akut dan kronis. Untuk gagal ginjal akut bisa cepat pulih jika penanganan dilakukan dengan cepat.
“Kalau memang butuh cuci darah bisa dilakukan segera. Itu kemungkinan pulihnya tinggi bisa stop cuci darah karena sifatnya akut dia terjadi secara tiba-tiba,” katanya.
Sedangkan untuk gagal ginjal kronis disebut tahap penyembuhannya cukup lama dengan proses panjang bisa 3 sampai 6 bulan apalagi sudah divonis stadium 5 bisa cuci darah seumur hidup.
Untuk diketahui, penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat global, dengan insidensi yang semakin meningkat dan biaya yang tinggi.
Perawatan penyakit ginjal merupakan pembiayaan rangking ke 2 terbesar dari BPJS Kesehatan setelah penyakit Jantung.
Pada tahun 2018 jumlah pasien ginjal yang menjalani cuci darah sebanyak 35.602 dan meningkat menjadi 66.433 pada tahun 2019. Data terakhir pada Oktober di tahun 2023, sebanyak 235 dari 1 juta orang Indonesia menjalani Hemodialisis. (gii)