Puluhan anak Panti Asuhan Al Balad Sumbawa jadi korban penipuan berkedok donasi oleh YPA

kicknews.today – Kisah pilu dialami anak-anak yatim di Yayasan Panti Asuhan Al-Balad di Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Harapan mereka itu untuk mendapatkan bantuan asrama baru, pupus.

Puluhan anak yatim itu menjadi korban penipuan berkedok donasi oleh salah satu yayasan di NTB inisial YPA. Awalnya, Panti AL Balad dijanjikan asrama untuk anak-anak oleh YPA melalui bantuan donasi.

Kasus itu sudah dilaporkan Yayasan Panti Al-Balad ke Polda NTB pada 2020. YPA dilaporkan dengan dugaan penipuan dan penggelapan sebagian dana donasi, serta Informatika dan Transaksi Elektronik (ITE) pada tahun 2020. Sayangnya, penanganan laporan tersebut belum ada perkembangan.

Informasi terakhir, pendiri Yayasan Al-Balad, Fatmawati mengaku laporannya dinyatakan tidak masuk unsur tindak pidana.

“Desember 2021 lalu, penyidik Ditreskrimsus Polda NTB mengatakan tidak ada unsur pidananya laporan tersebut,’’ ungkap Fatmawati didampingi Kuasa Hukum dari Pusat Bantuan Hukum (PBH) LPW NTB saat jumpa pers, beberapa hari lalu.

Fatmawati mengungkapkan, kerjasama dengan pihak YPA awalnya berjalan lancar. Beberapa hasil donasi dari media sosial diserahkan untuk pembangunan Mushola dan kebutuhan anak di panti Al Balad.

Namun, belakangan YPA mulai bermain curang. Diduga melakukan campaign dengan menampilkan anak-anak panti asuhan Yayasan Al-Balad. Mereka mencari sumbangan di media sosial tanpa seijin dan sepengetahuan dari Yayasan Al-Balad.

“Mereka menyebutkan anak-anak Panti Al Balad hidup terlantar. Sakit hati saya,” sesalnya.

Fatmawati menceritakan awal mula dugaan penipuan dan penggelapan dengan modus mengeksploitasi anak ini. Pada Maret 2019, Dinas Sosial Sumbawa Barat memindahkan empat anak asuh Yayasan Al-Balad ke YPA.

“Karena saat itu ibu dari empat anak tersebut mengalami depresi dan terganggu kejiwaannya, sehingga ibu dari anak tersebut dikirim ke rumah sakit jiwa,’’ cerita dia.

Guna mempermudah komunikasi antara anak dan orang tua, Fatmawati mencari alamat YPA. Di situ, dia bertemu dengan pendiri YAP inisial HF.

“Kami berhubungan dan Pak HF (disebutkan nama lengkap) berkunjung ke panti kami. Pak HF menawarkan agar anak-anak asuh kami semua untuk dibawa liburan ke Mataram. Semua akomodasinya ditanggung oleh pihak YPA,’’ jelasnya.

Setelah menjalin komunikasi dengan baik, pihak YPA menawarkan akan membantu Yayasan Al-Balad. Kebetulan saat itu mereka sedang membangun mushola.

“Kami bersyukur ada donatur yang bantu untuk pembangunan tersebut,’’ kata Fatmawati.

Dia tidak berpikir kalau pihak YPA akan menggalang dana melalui aplikasi online dengan campaign tentang mushola yang sedang mereka bangun. Dia mengetahui jumlah donasi yang terkumpul saat itu sebesar Rp137 juta.

“Kami diberi Rp100 juta. Itupun bertahap sesuai progres, dengan nilai masing-masing Rp25 juta. Di situ, kami tidak mempermasalahkan,’’ ungkapnya.

Setelah itu, pihak YPA menawarkan akan membantu untuk membangun asrama atau rumah singgah. Fatmawati diminta buat RAB asrama panti asuhan.

“Anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan asrama Rp500 juta dan RAB itu kami kirim ke Pak HF,’’ akunya.

Selain itu, pihak YPA juga memvideokan tentang kehidupan di panti asuhan Al-Balad. Ternyata, video wawancaranya itu dijadikan salah satu konten di aplikasi penggalangan dana aplikasi online tersebut.

“Kami pun pada waktu itu tidak mengetahui awal penggalangan dana untuk pembangunan asrama,’’ katanya.

Setelah beberapa bulan, Fatmawati mengetahui uang hasil penggalangan dana sudah mencapai Rp 500 juta. Diapun menanyakan terkait pembangunan asramanya kepada pihak YPA.

“Mereka selalu berkelit bahkan pada waktu itu mereka menaikan kembali plafon penggalangan dana sebesar Rp 850 juta,’’ bebernya.

Setelah terkumpul donasi Rp828 Juta, mereka menghentikan penggalangan. Karena Fatmawati selalu menanyakan terkait pembangunan asrama.

“Uang yang dikumpulkan dari masyarakat itu adalah peruntukan pembangunan asrama di panti kami, sesuai dengan artikel yang dibuat di aplikasi penggalangan dana online tersebut,’’ katanya.

Selama menunggu proses pembangunan asrama, pihak YPA memberikan perlengkapan dapur dan mainan anak-anak. Bahkan ada juga sepeda dan lain-lain. Termasuk uang kesejahteraan untuk di panti.

“Ternyata apa yang telah dikeluarkan oleh pihak YPA dan semua akomodasi YPA dihitung dan dipotong dari uang hasil penggalangan untuk pembangunan asrama tersebut,’’ urai dia.

Dari penjelasan pihak YPA kepada Fatmawati, total uang dan semua akomodasi dan lain sebesar Rp 190 juta. Sehingga dari uang donasi Rp 828 juta itu, setelah dipotong admin dan iklan, sisanya sebesar Rp 720 juta.

“Dari hitungan kami, sisa uang donasi tersebut Rp530 juta, sehingga kami menanyakan terus kepada pihak YPA atas sisa uang tersebut agar kiranya dapat direalisasikan untuk pembangunan asrama,” jelasnya.

Hanya saja, sampai saat ini itu uang sisa donasi itu belum jelas penggunaannya. Fatmawati berkali-kali menemui pihak YPA, namun belum ada kejelasan terkait sisa uang donasi tersebut.

“Kami hanya dijanjikan saja, makanya kami laporkan ke polda saat itu,’’ tegasnya.

Sementara, Direktur PBH LPW NTB Taufan Abadi menambahkan, pihaknya akan melaporkan lagi masalah ini ke Polda NTB. Dari hasil kajian, kasus ini memenuhi unsur pidana atas dugaan eksploitasi ekonomi.

’’Kami akan laporkan dugaan eksploitasi ekonomi terhadap anak yayasan Al-Balad ke Polda NTB. Rencananya dalam waktu dekat kami laporkan,’’ tegasnya.

Sementara pihak YPA yang dikonfimasi terkait laporan Yayasan Al Balad melalui pesan singkat sejak Jumat (4/3) hingga kini tidak merespon. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI