kicknews.today – Harga beras di di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kini menyentuh Rp15 ribu per kilogram. Kondisi harga komoditas ini telah berlangsung sejak satu bulan terakhir.
Pj. Gubernur NTB Drs H Lalu Gita Ariadi mengajak bersyukur karena NTB belum berpengaruh beras impor. Sebab, saat ini NTB belum berpengaruh terhadap adanya beras impor.

“Artinya kita masih punya produksi hasil beras dan stok beras yang aman, untuk lima bulan ke depan. Apalagi sekarang petani sudah mulai menanam. Kita tetap berupaya menjadikan NTB sebagai lumbung pangan nasional,” kata Pj Gubernur NTB saat berkunjung ke Dompu beberapa hari lalu.
Sementara Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bima, Tafsir A Majid menyebutkan, kenaikan harga beras sudah jadi hukum pasar.
“Kalau produksinya melimpah, jelas harga turun, begitu juga sebaliknya,” kata Tafsir A Majid beberapa hari lalu.
Menurut Tafsir, kenaikan harga beras saat ini karena stok yang berkurang karena lahan produksi gabah setiap tahun kian menyusut. Sehingga berdampak pada kekurangan hasil produksi beras pada setiap kali panen raya.
Dalam mengatasi kekurangan stok, selama ini Pemkot Bima hanya mengandalkan pasokan dari luar daerah. Misalnya dari Kabupaten Bima, Dompu hingga Kabupaten Sumbawa.
“Naik turun harga begini, tergantung tingkat produksi,” terangnya.
Dengan kondisi itu, sehingga Pemkot Bima tidak bisa berbuat banyak dalam menekan harga beras. Meski begitu, ia imbau para pedagang agar tidak menjual beras dengan harga yang terlampau tinggi.
“Boleh menaikan harga, tapi jangan berlebihan yang dapat membebankan masyarakat,” harapnya.
Guna meringankan beban masyarakat, saat ini Pemkot hanya bisa gelar pasar murah dan sejumlah kegiatan lain. Bahkan pasar murah ini rencananya akan digelar di 41 kelurahan hingga pada akhir tahun 2023 nanti. (jr)


