Pasca Gempa Lombok, gedung SMAN 1 Tanjung belum diperbaiki

Kondisi bangunan SMAN 1 Tanjung yang belum diperbaiki pasca gempa di 2018. (Foto kicknews.today/Ist)

kicknews.today – Lima tahun setelah gempa besar melanda Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2018, kondisi beberapa bangunan sekolah di Kabupaten Lombok Utara (KLU) masih memprihatinkan.

 

Salah satu yang terdampak parah adalah SMAN 1 Tanjung, yang hingga kini belum mendapatkan perbaikan menyeluruh.

 

Sejumlah ruang kelas di sekolah ini rusak berat, bahkan bagian depan gedung tidak bisa diperbaiki dan harus dibangun ulang. Mirisnya, di saat banyak sekolah lain sudah direnovasi, SMAN 1 Tanjung justru masih tertinggal.

 

Kepala Cabang Dinas (KCD) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Utara, Saiful Akhyar, mengakui bahwa kondisi SMAN 1 Tanjung adalah salah satu yang terparah dibandingkan sekolah lain di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB.

 

“SMAN 1 Tanjung memang sangat membutuhkan intervensi. Dari awal sebenarnya sekolah ini harus berjuang lebih keras agar mendapatkan bantuan pascagempa,” ujarnya, Senin (10/02/2025).

 

Menurut Saiful, setiap sekolah yang ingin mendapatkan bantuan rehabilitasi harus mengusulkan perbaikan melalui sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

 

Namun, proses ini membutuhkan waktu panjang karena harus melalui verifikasi dan persetujuan dari pusat.

 

Sementara, Kepala SMAN 1 Tanjung, Fatmawati, menjelaskan bahwa pihaknya sudah berulang kali mengajukan proposal perbaikan, tetapi bantuan yang diterima masih sangat terbatas.

 

“Pada tahun 2022, kami mendapat anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk perbaikan 13 ruang kelas. Tapi yang bisa direhabilitasi hanya enam ruang,” ungkapnya.

 

Ia juga menyoroti bahwa pembangunan gedung baru tidak bisa menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), karena anggaran tersebut hanya untuk pemeliharaan ringan.

 

Akibatnya, meski sudah mengajukan usulan lagi pada Juli 2024 untuk anggaran tahun 2025, belum ada kepastian kapan perbaikan bisa terealisasi.

 

“Biasanya setelah mendapatkan DAK, kami baru bisa mendapatkan bantuan lagi dua tahun kemudian. Ini membuat proses pemulihan jadi lambat,” tambah Fatmawati.

 

Saat ini, pihak sekolah dan Dinas Pendidikan berharap adanya percepatan proses perbaikan dari pemerintah pusat. Mengingat fasilitas yang rusak berdampak langsung pada kenyamanan belajar siswa, perlu ada langkah konkret agar perbaikan bisa segera dilakukan.

 

“Kami tetap berusaha mengajukan usulan melalui Dapodik. Harapannya, tahun 2025 nanti sekolah ini bisa mendapatkan perhatian lebih, sehingga fasilitas belajar bisa kembali layak digunakan,” katanya.

 

Dengan kondisi bangunan yang masih belum diperbaiki, para siswa dan guru tetap berusaha menjalankan kegiatan belajar-mengajar dengan keterbatasan yang ada. Saat ini, pihaknya berharap agar bantuan segera turun dan gedung sekolah bisa kembali berdiri kokoh seperti sedia kala. (gii)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI