Ketika Diplomat Lalu Iqbal bicara Agraria

Diplomat Lalu Muhamad Iqbal
Diplomat Lalu Muhamad Iqbal

kicknews.today – Setiap pulang kampung, Lalu Muhamad Iqbal selalu menyempatkan diri berinteraksi dengan berbagai kalangan. Ia selalu nyambung dengan apa pun tema pembicaraan. Maklum, selain berlatar belakang diplomat, ia juga sempat mendalami disiplin keilmuan lain. Banyak yang belum tahu bahwa ia juga seorang arsitek dan sejarawan.

Basis keilmuan yang terakhir itu membuat Lalu Iqbal selalu konsisten menarasikan apa pun secara kronologis. Misalnya ketika menanggapi potensi utama NTB. Bahwa hingga sekarang provinsi ini masih dikenal sebagai Bumi Gora.

Gora kependekan gogo rancah, jenis padi yang mampu bertahan di lahan-lahan kering. Julukan itu muncul sejak masa kepemimpinan Gatot Soeherman sebagai Gubernur NTB (1978–1988), setelah Lombok Tengah bagian selatan dilanda kekeringan berkepanjangan. Gogo rancah muncul sebagai solusi. Tak lama NTB populer sebagai daerah daerah swasembada pangan.

Tetapi, Lalu Iqbal mencatat, perjalanan daerah ini sebagai penyangga beras sudah berlangsung berabad-abad sebelumnya. Ketika ahli botani Heinrich Zollinger ke Lombok menjelang pertengahan abad ke-19, ia melaporkan produksi beras di Pulau Lombok dua kali lipat dibandingkan hasil Pulau Bali yang notabene lahannya jauh lebih luas. Bahwa hasil pertanian Lombok telah menyuplai daerah-daerah lain bahkan hingga mancanegara.

Ahli lainnya, Alfred Russel Wallace, yang datang di tahun 1856, mengungkapkan hamparan tanaman padi di Pulau Lombok membentang luas sejauh mata memandang. Lalu beras Ampenan terkenal di mana-mana. Disebut beras Ampenan karena di kota tua inilah pertama kali huller (mesin giling) beroperasi. Padi yang berasal dari Lombok dan Sumbawa digiling di kota ini.

“Beras Ampenan populer jauh sebelum beras Cianjur dikenal publik,” kata Lalu Iqbal yang menjabat juru bicara Kemenlu RI ini saat mengunjungi sebuah kedai kopi di Mataram, beberapa waktu lalu.

Lalu Iqbal terheran-heran, ketika banyak orang minder berada di wilayah dengan latar belakang sebagai kawasan pertanian. Bahkan ada yang menganggap pertanian itu seolah sesuatu yang terbelakang. Sementara, “New Zealand, sampai sekarang tetap mengklaim sebagai negara agraris. Sekitar 70 persen sumber perekonomiannya dari pertanian, termasuk peternakan sapi. Keju terbaik dunia berasal dari negeri ini. Begitu juga hasil pertanian lainnya, misalnya kiwi. Sampai-sampai bea cukai negara itu bukan di bawah kementerian keuangan, tapi kementerian pertanian. Mereka bangga sebagai negara pertanian yang mengantarkan menjadi salah satu negara terkaya, dengan income perkapita tertinggi di dunia,” jelas Lalu Iqbal.

Menurut Lalu Iqbal, Pulau Lombok bahkan jauh lebih berpotensi dibanding New Zealand. Kesuburan Lombok tak hanya cocok sebagai lahan bertanam padi. Ia mengutip pernyataan pengusaha nasional Anthony Salim yang menyebut Pulau Lombok memiliki ketinggian di atas permukaan laut yang lengkap. “Dengan kondisi tersebut, menanam tumbuhan apa pun yang berasal dari seluruh dunia pasti ada tempat tumbuhnya yang cocok di Lombok,” ujar Lalu Iqbal. (bsm)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Buyung Sutan Muhlis

Penulis buku dan sastra

Artikel Terkait

OPINI