Kisah Lalu Iqbal tentang Geng Silver Praya dan Warung Inaq Esun

Lalu Muhamad Iqbal
Lalu Muhamad Iqbal

kicknews.today – Ketukan di pintu warung membangunkan Inaq Esun yang sedang tertidur pulas. Ia benahi rambutnya yang kusut masai, lalu bangkit sambil terkantuk-kantuk. Malam demikian larut. Ia berkali-kali terbangun, lalu kembali tidur, setelah melayani orang-orang yang datang berbelanja. Di kawasan sekitar Jonggat hingga Praya, Lombok Tengah, hanya warung perempuan ini yang buka 24 jam.

Di tahun 1980-an, warung nasi Inaq Esun paling laris justru di jam-jam tak wajar itu. Pembelinya kebanyakan remaja.

Itulah salah satu kenangan tentang kampung halaman yang masih terekam di benak Lalu Muhamad Iqbal. Momen-momen indah ramai-ramai menikmati nasi bungkus racikan Inaq Esun yang maiq meres (lezat dan gurih, bahasa Sasak), harus berakhir, ketika ia meninggalkan Lombok untuk melanjutkan pendidikan di usia 14 tahun.

Dulu, demikian Lalu Iqbal, di seberang Pertamina di jalan utama Praya, ada sebuah bangunan. Orang-orang menyebutnya Kantor Bendungan. Bangunan itu kantor proyek pembangunan bendungan Batujai. Di depan kantor inilah titik start anak-anak muda balap motor, yang berakhir di Kelurahan Leneng.

“Siapa pun pemenangnya, dia akan mengajak bekela (mengadakan pesta). Karena warung Inaq Esun di sebuah gang di Puyung satu-satunya yang buka 24 jam, di sanalah orang-orang bekela. Sejak itu disebut warung nasi balap, tempat orang merayakan menang balap,” jelas Lalu Iqbal juru bicara Kemenlu RI ini.

Tak mau kalah dengan kelompok anak muda di Kota Mataram dengan aksi trek-trekan di jalan raya, kalangan remaja di Praya juga punya geng-geng. “Salah satu kelompok terkenal namanya Geng Silver. Geng yang paling jagoan di Praya,” ujar Iqbal.

Pentolan Geng Silver seorang remaja bernama Gozali. Ia jagoan tapi di sekolah berkali-kali tidak naik kelas.

Suatu hari Lalu Iqbal diajak Gozali boncengan menuju Surabaya Lepak, Lombok Timur. Di sebuah tikungan sebelum jembatan, Gozali mendadak berhenti. Di situ ia melihat sebuah papan reklame terpampang dengan tulisan yang menyolok. Reklame bank milik pemerintah, tertulis SIMPEDES, dengan deretan huruf berukuran lebar. “Gozali marah-marah. Dia bilang, siapa geng yang berani-beraninya pasang nama besar-besar di jalanan. Dia tersinggung berat. Dia pikir SIMPEDES itu nama geng,” tutur Lalu Iqbal sambil tergelak-gelak.

Bertahun-tahun kemudian, Lalu Iqbal berlibur ke tanah kelahirannya. Ia mencari tahu keberadaan para anggota geng Praya yang berjaya di tahun 1980-an. Ternyata hampir semuanya, termasuk Geng Silver, sudah insyaf. “Bahkan sekarang ada yang tidak pernah meninggalkan masjid,” katanya.

Ihwal Inaq Esun sendiri, warungnya semakin masyhur. Warung Nasi Balap Puyung yang dulunya tempat anak-anak geng berpesta-pora, kini telah memiliki cabang di mana-mana. Nasi Balap Puyung mengalir sampai jauh. (bsm)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Buyung Sutan Muhlis

Artikel Terkait

OPINI