kicknews.today – Gili Air, salah satu mutiara pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang letaknya berada di Kabupaten Lombok Utara (KLU) bersiap menjadi saksi sejarah lahirnya Soundtuari International Music Festival 2025.
Festival musik pertama di Indonesia yang menghidupkan satu pulau secara utuh dengan perpaduan seni visual, musik kelas dunia, dan keterlibatan aktif masyarakat lokal. Festival ini akan berlangsung selama tiga hari pada 5, 6, dan 7 September 2025.

Didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata, Wonderful Indonesia, Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Soundtuari dirancang sebagai platform strategis untuk mempromosikan NTB sebagai destinasi super prioritas melalui kekuatan musik, budaya, dan ekonomi kreatif.
Direktur PT. Garda Utama Edukasi (GUE), Marcelia Lesar, menjelaskan, Soundtuari adalah bentuk apresiasi terhadap program nasional yang ingin membawa kekayaan budaya lokal NTB ke panggung global.
”Dengan audiens terbatas 5.000 orang per hari, kami ingin festival ini memberi kesan eksklusif namun berdampak luas, baik secara artistik maupun ekonomi,” ujar Marcelia.
Sementara, Wakil Bupati Lombok Utara, Kusmalahadi Syamsuri, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk mendukung penuh kegiatan ini.
“Kami dari Pemerintah Kabupaten Lombok Utara mendukung acara ini 100 persen. Kami ingin Soundtuari benar-benar berjalan dengan baik, memberi dampak positif untuk pariwisata dan UMKM. Kalau memang hasilnya menjanjikan, kami akan dorong ini jadi event tahunan. Bali sudah terlalu sering, Jakarta juga begitu. Di Gili, ini yang pertama dan perdana. Kami mohon dukungan dari masyarakat, terutama warga Gili Air, untuk menjaga pulau ini dan menyambut pengunjung dengan baik,” katanya.
Soundtuari akan memanfaatkan kekuatan visual dengan menghadirkan instalasi cahaya spektakuler karya Sembilan Matahari, yang akan menyinari pesisir Gili Air setelah matahari terbenam.
Selain itu, akan ada panggung tematik yang menampilkan kolaborasi lintas genre dari artis lokal, nasional, hingga internasional seperti Disko Afrika, Jazzerimo, dan satu DJ dari daftar 100 terbaik dunia.
Festival ini juga membuka ruang besar untuk pelaku UMKM lokal, menyediakan zona khusus agar mereka dapat memperkenalkan produk kerajinan, kuliner, dan karya kreatif kepada audiens internasional.
Keterlibatan masyarakat adat Bayan serta komunitas musik tradisional juga menjadi perhatian, sebagai bagian dari upaya konservasi budaya.
Dari sisi lokal, Kepala Desa Gili Indah, Wardana, mengungkapkan bahwa meskipun sempat pesimis di awal, koordinasi yang baik membuat pihaknya optimis.
“Yang terpenting adalah acaranya tetap di Gili Air. Walau ada beberapa perubahan, lokasi tidak pindah, itu penting. Kami sudah bahas banyak hal mulai dari teknis, izin, sampai kesiapan warga. Kami berharap ini bukan yang terakhir semoga sukses dan berkelanjutan,” harapnya.
Soundtuari menjadi harapan baru bagi Gili Air, tidak hanya sebagai festival musik tetapi juga sebagai langkah maju dalam menciptakan ekosistem pariwisata yang berkelanjutan, inklusif, dan mendunia yang berakar kuat pada budaya lokal dan gotong royong masyarakatnya. (gii-bii)