kicknews.today – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Yayasan Kemala Bhayangkari ke-45 sekaligus Hari Kartini, Bhayangkari Cabang Lombok Utara menggelar acara bedah buku yang dipimpin langsung oleh Ketua Bhayangkari Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta.
Acara yang berlangsung di Aula Perpustakaan Daerah Kabupaten Lombok Utara (KLU) ini menghadirkan nuansa intelektual yang membangkitkan semangat literasi di tengah masyarakat.

Sebanyak 12 buku dibedah dalam kegiatan ini, di antaranya Manajemen Akuntansi UMKM, Manajemen Digital, Pengantar Ilmu Ekonomi, dan Pengantar Ilmu Bisnis. Buku-buku tersebut merupakan hasil karya Heny Fitriani bersama tim penulis lainnya yang telah menulis sejak tahun 2018 hingga 2025.
”Bedah buku ini adalah bentuk gerakan jemput bola dari kami para penulis, agar masyarakat bisa lebih dekat dengan buku dan literasi. Kami tidak menunggu mereka datang ke perpustakaan, tetapi kami yang datang membawa buku kepada masyarakat,” ujar Heny.
Menurut data dari Dinas Perpustakaan Lombok Utara, hanya sekitar 3 persen masyarakat yang memiliki minat baca aktif, artinya hanya tiga dari seratus orang yang mau membaca.
Fakta inilah yang mendorong Heny dan rekan-rekan Bhayangkari untuk mengambil peran aktif dalam mendorong budaya membaca, terutama di kalangan generasi muda.
Dalam semangat Hari Kartini, Heny juga menekankan pentingnya peran perempuan, khususnya para ibu, dalam menumbuhkan budaya literasi di keluarga.
”Kartini sudah mengajarkan kita menulis sejak lebih dari 100 tahun lalu. Sekarang saatnya kita melanjutkan perjuangannya. Saya percaya, ketika seorang ibu membiasakan diri membaca di depan anak-anaknya, maka anak-anak akan meniru. Kebiasaan membaca harus dipupuk dari kecil, bukan sekadar diperintahkan,” tuturnya.
Selain bedah buku, Bhayangkari Lombok Utara juga berencana membangun pos-pos baca sederhana di berbagai desa, bekerja sama dengan Bhabinkamtibmas dan pos polisi setempat. Ini dilakukan untuk memperluas akses literasi hingga ke pelosok wilayah.
Menariknya, Heny Fitriani juga menceritakan bahwa motivasinya menulis dimulai dari skripsi yang awalnya hanya dibaca oleh dosen dan teman-temannya, namun kini dikembangkan menjadi karya ilmiah yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas.
”Buku adalah warisan ilmu. Ketika saya sudah tidak ada, saya ingin ada jejak pengetahuan yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya,” ujarnya.
Acara ini bukan hanya menjadi wadah diskusi ilmiah, tapi juga menjadi ajakan nyata untuk membudayakan membaca dan menulis sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Menuju Indonesia Emas 2045, gerakan literasi ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam mencetak generasi cerdas, kreatif, dan berdaya saing tinggi. (gii-bii)