kicknews.today – Bukan perkara mudah mengintervensi negara sahabat untuk mengganti nama jalan utama di Ibu Kota Negara mereka. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan diplomasi tingkat tinggi yang dilakukan seorang Putra NTB Lalu Muhamad Iqbal yang ketika itu menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki.
Pasalnya nama jalan di depan kantor Kedutaan Besar RI di Ankara Turki sebelumnya bernama Hollanda Caddesi yang berarti Jalan Belanda. Hal ini telah lama membuat ketidaknyamanan orang-orang Indonesia yang berada di Turki karena sejarah kolonialisme yang masih melekat dalam benak mereka.
Akhirnya pada 31 Oktober 2021 lalu, pemerintah Turki meresmikan nama baru untuk jalan yang sebelumnya bernama Hollanda menjadi Sukarno Caddesi. Ini menunjukan tingginya level diplomasi yang dilakukan oleh Dubes Lalu Muhammad Iqbal dan KBRI Ankara ketika itu.
Atas peresmian nama jalan Sukarno Caddesi ini, banyak pihak yang memuji kemampuan diplomasi yang dilakukan Dubes Lalu Iqbal. “Peresmian nama jalan ini menjadi achievement tersendiri bagi Pak Dubes dan KBRI Ankara, juga menjadi hadiah diplomatik untuk bangsa Indonesia yang tentu saja menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi masyarakat kita,” kata Ketua Umum Caraka Muda Nusantara, Adhe Nuansa Wibisono dalam nukilan media.
Keberhasilan diplomasi ini kembali juga diceritakan oleh Mantan Bupati Lombok Tengah Lalu Wiratmaja atau yang karib disapa Mamiq Ngoh kepada para tetua adat Sasak dan budayawan Lombok dalam pertemuan di Praya, Lombok Tengah pekan lalu.
“Saat itu juga saya merasa tidak nyaman. Nama jalan alamat di depan kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia bernama Belanda. Saya bilang kepada adik saya Lalu Iqbal untuk mencoba berdiplomasi mengganti nama jalan tersebut. Saya tahu itu tidak mudah karena berurusan dengan negara sahabat,” kisahnya.
Namun akhirnya dengan upaya yang dilakukan dan karena kedekatan Dubes Lalu Muhamad Iqbal dengan pemerintah Turki yang dipimpin oleh Presiden Erdogan, nama jalan alamat kantor Kedutaan Besar Indonesia di Ankara Turki menjadi Sukarno Caddesi.
“Seluruh Indonesia bisa bangga sekarang. Inilah yang saya maksud tentang diplomasi seorang pemimpin. Jadi kalau saya boleh sampaikan, Dubes Lalu Muhamad Iqbal sekarang saya harapkan untuk pulang dan memimpin NTB agar bisa berbuat lebih banyak untuk daerah asalnya sendiri,” harap Mamiq Ngoh.
Dilanjutkan dia, kalau melobi negara sahabat saja Lalu Iqbal mampu melakukannnya, apalagi untuk melakukan lobi pembangunan di NTB semisal prioritas proyek pembangunan DAM Mujur yang hingga kini mandek padahal sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita yang setiap tahun mengalami kekeringan. Mandeknya proyek ini menurut Miq Ngoh karena kurangnya kemampuan seorang pemimpin melakukan lobi di tingkat pusat untuk merealisasikan kebutuhan masyarakat. (red.)