kicknews.today – Tingkat partisipasi pemilih di Kota Mataram dalam setiap pemilihan kepala daerah (Pilkada) berbeda dibandingkan saat pemilihan legislatif (Pileg). Ketua Divisi Sosialisasi KPUD Kota Mataram, Muslih Syuaib, menyatakan bahwa partisipasi pemilih dalam Pileg biasanya lebih tinggi, yang kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain.
“Pada Pileg, partisipasi pemilih cenderung lebih tinggi dibanding Pilkada. Ada indikasi bahwa hal ini disebabkan oleh dorongan eksternal,” ujar Muslih dalam acara sosialisasi bersama media massa di Mataram, Selasa (10/9).
Muslih menambahkan, target partisipasi pemilih pada Pilkada Kota Mataram 2024 diharapkan tidak lebih rendah dari capaian Pilkada sebelumnya. Pada Pilkada 2020, tingkat partisipasi pemilih di Mataram tercatat 67,2% dan angka golput masih cukup tinggi.
Pada pilkada 2024 ini Muslih menargetkan partisipasi pemilih hingga mencapai angka 83%. Lebih tinggi dari target periode sebelumnya yang tercatat berada pada angka 80%.
Sebagai mantan jurnalis, Muslih menekankan pentingnya sosialisasi yang efektif untuk menurunkan angka golput. Menurutnya, media massa memiliki peran kunci dalam memahami situasi masyarakat pemilih di lapangan.
“Teman-teman wartawan lah yang paling memahami kondisi pemilih, karena mereka berada di lapangan setiap hari,” jelasnya.
Oleh karena itu, KPUD Kota Mataram menggelar pertemuan dengan para pekerja media sekaligus untuk mempererat silaturahmi. Diharapkan dengan terbentuknya kolaborasi ini dapat mendukung pelaksanaan agenda demokrasi dengan hasil yang sesuai harapan semua pihak.
Ketua KPUD Kota Mataram, Edy Putrawan mengatakan bahwa ribuan warga Mataram yang telah tercatat sebagai pemilih berpotensi tidak menggunakan hak suaranya pada pilkada 2024 ini.
Menurut data sekitar 8 ribu warga gen-z dan milenial Mataram tercatat sedang bersekolah di luar daerah. Selain itu sekitar 4 ribu warga pemilih lainnya tercatat sedang bekerja di salah satu perusahaan tambang di Kabupaten Sumbawa Barat.
“Warga yang sedang berada di luar daerah ini berpotensi menyumbang angka golput itu,” kata Edy.
Sebagai bentuk antisipasi guna mencegah bertambahnya potensi golput ini, KPUD Mataram sudah menyiapkan langkah-langkah taktis. Diantaranya dengan program yang menyentuh milenial yang berada di dalam daerah berupa KPU goes to school. Yaitu dengan mengadakan sosialisasi ke sekolah, madrasah dan kampus.
Edy juga menegaskan pentingnya peran semua pihak dalam mensukseskan pelaksanaan pemilu. Ia menekankan bahwa penyelenggaraan pemilu tidak hanya menjadi tanggung jawab KPU, Bawaslu atau DKPP saja. Tetapi juga membutuhkan dukungan dari berbagai elemen, termasuk media.
“Pemilu tidak bisa hanya mengandalkan KPU. Perlu dukungan dari pihak lain, termasuk media, karena ini adalah kegiatan kolaboratif,” ujar Edy.
Edy menambahkan, tanpa dukungan dari berbagai pihak, pemilu tidak akan terselenggara dengan baik. Sinergi yang kuat antara penyelenggara dan media diharapkan bisa terus terjalin, bahkan setelah agenda demokrasi periode ini usai terlaksana.
Ia juga berharap, kerja sama dengan media massa dapat terus berlanjut, tidak hanya selama proses Pemilu dan Pilkada, tetapi juga di masa mendatang. (hl)