Tidak bawa Al-Quran, santri di Lombok Timur dipukul guru hingga lebam

ilustrasi
ilustrasi

kicknews.today – FSA (12 tahun) seorang siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Wadi Al-Quran di Kecamatan Suela, Lombok Timur diduga dipukuli pengasuh pondoknya yang berinisial UIK hingga mengalami lebam di bagian dada.

Hal itu pertama kali diketahui ibu kandung korban lantaran merasa curiga dengan perilaku anaknya yang menjadi pemurung dan pendiam sepulang dari pondok pesantren tempatnya mengenyam pendidikan.

Merasa aneh dengan sikap anaknya, ibu korban lantas menanyakan alasan mengapa anaknya menjadi pendiam. Korban pun menuturkan bahwa ia dipukuli pengasuh pondoknya menggunakan sebilah rotan di bagian kepala, dada, bahu, kaki, dan tangannya.

“Saya mendengar anak saya bercerita sambil menangis, ibu mana coba yang nggak sakit hati, saat itu juga saya langsung menghubungi pihak sekolah tapi tidak ada respon,” ucap ibu kandung FSA, saat dimintai keterangan Rabu (8/11).

Saat itu, ia menuturkan anak sempat sakit dan terpaksa harus dibawa ke rumah sakit. Bahkan kata dia, saat batuk pun dahak dari FSA sempat mengeluarkan darah sehingga dilakukan rontgen di Poli Anak RSUD Dr Soedjono Selong yang hasilnya terdapat bercak darah di bagian dada FSA.

Selain itu, terkuak fakta bahwa FSA juga sebelumnya tidak ada riwayat penyakit asma. Hal itulah yang menambah kecurigaan bahwa apa yang disampaikan anaknya benar bahwasanya telah terjadi pemukulan oleh oknum pengasuh pondok berinisial UIK.

Ibu korban kemudian melaporkan kejadian tersebut ke kepala sekolah madrasahnya, berulang kali laporan namun pihak sekolah minim tanggapan. Ibu kandung korban FSA berencana akan memasukkan laporan ke kepolisian jika tidak ada inisiatif baik pihak sekolah untuk bertanggung jawab.

Sementara terduga pelaku inisial UIK, membantah jika dirinya pernah melakukan pemukulan terhadap korban FSA. Namun dia membenarkan bahwa dirinya sempat memberikan hukuman dengan cara menepuk dada SFA sembari memberikan motivasi.

Dia juga menceritakan kronologis kejadian, yakni kejadian bermula pada bulan Agustus 2023 lalu, dimana saat itu korban FSA diketahui tidak membawa Al-Quran yang diwajibkan dibawa setiap sore oleh para santri. Hal itu lantas membuat UIK harus mengambil langkah hukuman.

“Namun saat itu saya hanya menepuk dadanya saja,” katanya.

Kendati demikian dirinya tidak membantah ketika ditanya soal pemukulan menggunakan kayu, dan mengaku benar memukul tangan dan kaki.

Kepala MI Wadi Al-Quran, Bakir, tidak membantah kasus pemukulan terhadap santrinya itu dan tidak bisa menyalahkan tindakan UIK yang merupakan pengasuh pondok dari FSA sendiri.

“Saya hanya minta maaf dengan adanya kasus ini, untuk pengasuhnya nanti kita akan berikan evaluasi hingga pemberhentian,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga mempersilahkan jika orang tua dari korban merasa keberatan untuk membawa masalah tersebut ke pihak berwenang.

“Namun yang pasti saya berharap kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” pungkasnya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI