Teror Bom, Pengamat ISSES: Pernikahan anak Presiden harus diwaspadai

kicknews.today – Aksi bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar Kota Bandung, Jawa Barat jadi perhatian semua pihak. Bahkan Polri menekankan seluruh Polres memperketat penjagaan pintu masuk untuk meminimalisir kejadian serupa.

Pengamat Militer ISSES, Khairul Fahmi menanggapi aksi teror di Kota Bandung, setelah hampir cukup lama tidak ada aksi teror bom di masa pandemi. Menurut Fahmi, tidak ada aksi teror bukan berarti tidak ada aktivitas kelompok teror.

“Kita harus akui bahwa itu menandakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kemampuan pengawasan dan penindakan cukup efektif untuk menggagalkan rencana-rencana aksi. Walaupun tetap ada sejumlah kasus yang terjadi, antara lain di gereja di Makassar dan di Mabes Polri,” tegas Fahmi.

Apakah aksi teror kali ini berkorelasi dengan kelompok teror tertentu atau lebih kepada aksi lone wolf?

Untuk memastikan tentu butuh investigasi lebih lanjut. Tapi dari informasi lapangan, walaupun terkesan amatiran, Fahmi menduga ada korelasi langsung atau tidak langsung antara pelaku dengan kelompok teror tertentu. Semisal dari penggunaan bom paku.

“Ini menunjukkan pelaku setidaknya memiliki akses terkait perakitan peledak, entah itu sekadar informasi atau penyediaan peledak yang digunakan,” katanya.

Termasuk, apakah wajar aksi teror kali ini berkaitan dengan RKUHP dan menyasar ke polisi. Sementara banyak momen besar lain seperti saat G20 atau di masa depan seperti saat Nataru atau pernikahan anak presiden yang lebih membawa pengaruh dan sorotan?

Kata Fahmi, wajar saja. Instalasi kepolisian di lini terdepan memang masih menjadi sasaran paling potensial. Yang penting sasaran mudah diakses, serangan tidak harus besar, tapi jelas sulit diprediksi dan pesannya sampai.

Mengapa polisi kerap menjadi sasaran dan momen yang diambil adalah RKUHP dengan serang polsek?

Fungsi kepolisian kata Fahmi, adalah sebagai penegak keamanan, penegak hukum dan penegak ketertiban umum. Tugasnya adalah sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat.

“Nah kondisi ini membuatnya secara alamiah menjadi rentan. Relatif sulit untuk menghindar dari potensi-potensi ancaman terhadap fasilitas dan personelnya. Kantor polisi bukanlah sekadar kantor tempat orang-orang bekerja,” ungkap Fahmi.

Kantor polisi lini terdepan seperti polsek adalah area publik sekaligus dan terbuka 24 jam sehari, tujuh hari sepekan. Orang-orang datang dengan berbagai alasan terkait fungsi dan tugas pelayanan yang diemban kepolisian. Alasan yang tentu saja baru akan diketahui setelah tamu dan tuan rumahnya berhadap-hadapan.

Kenapa pengesahan RKUHP menjadi momentum lanjut Fahmi, jika dugaan keterkaitan itu memang benar. Itu hanya bagian dari pesan yang ingin disampaikan bahwa ada bagian dari masyarakat yang tidak puas pada RKUHP.

Itu sekaligus menandakan bahwa kesenjangan antara harapan dan kenyataan, perasaan diperlakukan tidak adil, terabaikan, terpinggirkan dan tidak didengar, masih dan akan tetap menjadi pemicu kebencian dan motif serangan.

Aksi teror lanjutan kemungkinan selalu ada, terutama dengan menyasar kegiatan besar seperti nataru dan mungkin pernikahan anak presiden. Dalam sebuah rencana pengamanan, situasi terburuk seperti sabotase dan serangan teror memang harus selalu diasumsikan mungkin terjadi, agar kewaspadaan terjaga dan antisipasi dilakukan dengan baik.

“Dalam konteks kegiatan-kegiatan besar ini, saya yakin potensi itu sudah diperhitungkan dan disiapkan antisipasinya,” ujar Fahmi.

Menurut Fahmi, mengingat aksi teror sangat sulit diprediksi dan mendeteksi secara akurat kapan dan di mana akan terjadi, maka kurang tepat jika kepolisian dan lain-lain disebut kecolongan dalam kasus ini. Kemampuan pengawasan aparat tidak tak terbatas.

Namun bukan berarti tidak perlu dievaluasi. Peninjauan ulang prosedur-prosedur keamanan standar yang diterapkan, harus dilakukan. Namun kantor polisi tetaplah tak boleh menyeramkan, harus tetap terbuka bagi publik, dan menjalankan tugas fungsinya secara efektif. Ini benar-benar tantangan yang serius untuk bisa merumuskannya. “Saya kira, ada baiknya kantor polisi seperti Polsek dan Polres ini juga menerapkan model pengamanan dan pengawasan seperti yang dipraktikkan penyedia jasa keamanan di lingkungan perbankan. Salam, senyum dan sapa, menjadi trik pengawasan plus pelayanan,” pungkasnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI