Sudah 8 tahun, warga pesisir Kota Bima nikmati air payau

ilustrasi
ilustrasi

kicknews.today – Masyarakat pesisir Kota Bima masih mengalami krisis air bersih. Kondisi itu sudah berlangsung pasca banjir bandang terjang Kota Bima 2026 silam.

Akibat banjir itu, jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) rusak. Saluran air bersih pun putus. Hingga kini, warga hanya menggunakan air payau dari sumur untuk kebutuhan mandi dan cuci.

“Sejak 2016 kita sudah tidak lagi nikmati air PDAM,” kata Sudirman, warga Kelurahan Ule Kecamatan Asakota Kota Bima dikonfirmasi, Selasa (5/3/2024).

Sementara untuk kebutuhan memasak dan minum, warga terpaksa membeli air isi ulang. Setiap hari, mereka harus merogoh kocek Rp10 ribu untuk 2 galon air.

“Setiap hari kita keluarkan uang untuk beli air minum dan memasak. Kalau dihitung-hitung pengeluaran lumayan banyak,” katanya.

Kondisi serupa juga dialami warga di Kelurahan Melayu, Paruga dan Tanjung. Warga mengaku rumahnya sempat dialiri air PDAM pasca banjir bandang 2016 lalu, namun tidak bertahan lama.

“Tahun 2017 masih jalan air PDAM di rumah, tapi saat itu susah mulai sering macet. Kemudian mulai 2018 sampai sekarang sudah mati total,” kata warga Melayu, Chandra.

Begitu pun di Lingkungan Sarata, Kelurahan Paruga. Meski dari sumur bor, rasa air tetap payau. Untuk kebutuhan minum dan memasak, terpaksa membeli air isi ulang.

“Kalau untuk masak dan minum kami beli air isi ulang, Rp5 ribu per galon,” kata Ulhaq.

Sementara itu, Direktur PDAM, Bima Muhammad Daud Akbar mengatakan, debit air pada pusat penampungan milik PDAM sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Bima. Hanya saja, kendala di PDAM selama ini terletak pada pengelolaan yang tidak teratur. Kemudian banyak fasilitas seperti jaringan pipa yang sudah rusak diterjang banjir bandang tahun 2016 silam.

“Setelah banjir bandang itu, tidak ada fasilitas yang diperbaiki, sehingga air PDAM tidak tersalurkan ke para pelanggan di sana,” kata Daud.

Menurut Daud, distribusi air PDAM sebenarnya bisa dipulihkan kembali seperti sebelum banjir bandang. Asalkan perusahaan dapat dimiliki secara bersama oleh Pemda Bima dan Pemkot Bima.

“Perusahaan ini kan milik Pemda Bima, akan lebih baik jika dimiliki bersama dengan Pemkot Bima. Sehingga Anggara revitalisasi sarana dan prasarana bisa ditanggulangi bersama,” terangnya.

Dia optimistis warga Kota Bima dan Kabupaten Bima tidak lagi mengalami krisis air bersih jika langkah tersebut dilakukan. Karena selain fasilitas diperbaiki, kapasitas di penampungan juga akan diperbesar.

“Saya yakin dengan cara itu, tidak ada lagi warga yang kekurangan air bersih. Hal ini akan kami bahas lebih lanjut dengan pihak terkait,” pungkasnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI