Siswi SMP dan SMA di Lombok Timur ikut dialog tentang pernikahan dini dan pelecehan seksual

kicknews.today – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gunung Rinjani (UGR) mengadakan dialog edukasi dengan peserta siswa-siswi SMA dan SMP, Sabtu (24/6). Dialog itu mengangkat tema “Angka putus sekolah meningkat akibat pernikahan usia dini dan pelecehan seksual, siapa yang salah?”.

Dialog yang mengundang 10 sekolah SMA dan SMP itu digelar karena maraknya kasus pelecehan seksual dan meningkatnya angka pernikahan usia dini di Lombok Timur. Bahkan, pada tahun 2020, Lombok Timur peringatan pertama angka putus sekolah di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Angka putus sekolah di Lombok Timur berjumlah 144 orang. Dengan rincian SD sebanyak 97 orang, SMP sebanyak 9, SMA sebanyak 8 dan SMK sebanyak 30 orang.

“Adanya ruang dialog ini agar siswa dapat mengetahui bagaimana dampak dari pernikahan usia dini dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi pelecehan seksual,” ungkap aktivis perempuan, Triati saat acara dialog yang digelar di kampus UGR, Sabtu (24/6).

Menurut Triati, banyaknya kasus pelecehan seksual di Lombok Timur karena anak belum tahu hak dari dirinya. Siapa yang boleh dan tidak menyentuh tubuh mereka sebagian anak belum memahami. Bapak pun sebetulnya tidak boleh sembarang menyentuh anak gadisnya pada area tertentu.

“Yang boleh dipegang adalah kepala, tangan dan kaki, selebihnya tidak boleh. Jika terjadi hal tersebut maka katakan tidak dan menjauh,” tambahnya.

Sedangkan menurut Pakar Pendidikan Islam, Taufan Iswandi mengatakan, sebetulnya yang patut disalahkan dari meningkatnya angka pernikahan usia anak ialah kerangka berpikir.

“Yang patut kita salahkan adalah kerangka berfikir kita soal pernikahan, banyak yang bisa menikah tapi tidak punya ilmu menikah,” katanya melanjutkan dari kegiatan ini, diharapkan bisa mengedukasi bagi remaja tentang dampak pernikahan dini. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI