Sejumlah petani tomat di Lombok Timur gigit jari, Kadis Pertanian: Itu hanya beberapa petani saja

kicknews.today – Sejumlah petani tomat di Lombok Timur harus gigit jari. Pasalnya, tanaman tomat mereka banyak yang rusak akibat cuaca ekstrim dan serangan hama.

Seorang petani tomat asal Sekarteja, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Nurhidayati mengaku, tanaman tomatnya banyak yang busuk, bahkan terancam gagal panen. Kondisi tersebut disebabkan karena hujan yang terus menerus belakangan ini.

“Cuaca saat ini tidak bisa kita tebak, pagi panas, kemudian hujan dari siang hingga malam, jadi banyak tomat yang rusak,” katanya saat ditemui, Rabu (1/3).

Diakuinya, pada musim tanam ini, serangan hama tidak bisa dibasmi walaupun sudah disemprot menggunakan pestisida berkali-kali. Sebab, begitu disemprot langsung diguyur hujan.

“Pagi disemprot nanti siang hujan jadi racun tidak bisa bereaksi untuk membasmi hama. Hama ini juga cepat menyebar ketika musim hujan,” ungkapnya.

Selama musim tanam ini kata dia, hasil panen menurun drastis dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya. Saat ini diakuinya, hanya bisa panen sampai tiga kali . Biasanya dalam sekali musim tanam mereka bisa panen 7 sampai 8 kali.

“Menurun drastis,” akunya.

Selain itu, harga tomat pada awal panen di tingkat petani juga anjlok. Untuk satu keranjang dijual Rp40 ribu dengan berat sekitar 40 kilogram. Kondisi ini menyebabkan para petani merugi sampai jutaan rupiah.

“Kalau kita hitung berarti hanya Rp1.000 per kilogram. Jangankan untung, modal pun tidak bisa balik,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Sahri mengatakan, terkait tanaman tomat saat ini sebetulnya tidak bisa berpatok pada satu petani saja. Tentunya kata dia, harus dilihat secara menyeluruh.

“Pernah terjadi memang harga tomat turun tapi saat ini harga sudah beranjak naik,” katanya.

Terkait dengan hama tanaman tomat tentunya bisa menerapkan 4 prinsip dan pengamatan rutin untuk pengendalian. Serta pelestarian musuh alami sehingga petani memiliki pengetahuan tentang Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) melalui petugas penyuluh melalui Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di masing-masing wilayah.

“Saat ini tomat ditingkat petani sudah Rp7.000 per kilogram. Tentunya tidak bisa digunakan sebagai patokan kalau hanya satu orang atau beberapa perlu dikonfirmasi kepada yang lain, sehingga kita bisa lebih bijak untuk menyampaikan informasi,” pungkasnya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI