Sampah ‘penyakit’ yang tak akan sembuh hanya dengan poles kecantikan wajah saja

Oleh: Abd Rachman

Tata kelola sampah masuk menjadi salah satu dari 5 program prioritas kerja yang diturunkan oleh Bapeda Kota Mataram, yang disebutkan secara gamblang pada setiap gelaran MPBM tingkat Kelurahan. Program penanganan sampah secara menyeluruh dan terstruktur memang menjadi keharusan untuk pengelolaan kawasan perkotaan seperti di Mataram ini.

Menurut data dari laporan yang diterima DPRD Kota Mataram, sampah yang harus ditangani dari seluruh wilayah di Mataram angkanya mencapai ratusan ton perhari. Dominasi pengelolaanya masih mengandalkan pola konvensional, yaitu angkut dan buang ke lokasi pembuangan sampah akhir. Jumlah sampah yang tercatat ditangani dengan pola konvensional ini pun belum terbilang menggembirakan.

Saya sengaja tak menyebutkan detail angka dari jumlah sampah yang diproduksi oleh Mataram dan berapa jumlah sampah yang disebut berhasil diangkut dan dibuang ke TPA setiap harinya. Maksudnya untuk memberi apresiasi kepada seluruh ‘prajurit’ pejuang kebersihan yang selama ini telah bekerja sangat keras, berjuang mempertahankan kecantikan wajah Kota Mataram dari hari ke hari tanpa henti.

Menurut saya masalah sampah belum akan bisa terselesaikan jika penanganannya masih bersifat hilir. Polesan cantik kebersihan jalan-jalan protokol kota, akan sangat banyak memakan energi dan sumber daya serta dana. Namun sejatinya penyakit dalam yang menjadi dasar terus hadirnya problem akibat permasalahan sampah, belum secara optimal berusaha disembuhkan.

Ganasnya penyakit kronis perkotaan berupa sulitnya penanganan sampah ini, tidak lain muncul dari perilaku hidup sebagian masyarakat yang masih jauh dari kesadaran akan pentingnya pola hidup bersih. Sehingga sekeras apapun kita berusaha memoles wajah kota ini agar tampak bersih dan sehat, selalu akan berujung pada potensi hadirnya ledakan masalah yang lahir dari tak terkendalinya produksi dan penanganan sampah secara mendasar.

Memang benar, mengubah perilaku hidup masyarakat bukan barang mudah. Bahkan bisa dibilang hampir mustahil untuk mengubah kebiasaan tak terpuji sebagian masyarakat tentang kebersihan ini. Namun tentu kondisi itu tidak lantas membuat kita harus menyerah. Tentu juga kita tidak boleh lantas menjadikan program poles memoles wajah kota dalam bingkai kebersihan, sebagai program yang dirasa cukup untuk menjadi solusi finalnya. Karena kita harus tetap mengingat bahwa masalah utamanya belumlah tertangani dengan baik. Masalah yang menjadi penyakit utama yaitu belum paripurnanya kesadaran sebagian besar publik tentang pentingnya pola hidup bersih.

Sejuah ini, saya belum melihat adanya program besar dan kongrit yang dirancang atau dijalankan sebagai obat dari penyakit kesadaran publik ini. Program yang dirancang secara serius dan komperhensif, bukan program-program kecil dan sporadis yang sekedar berjalan dengan seadanya saja. Program yang sebanding dengan besarannya potensi masalah yang mungkin ditimbulkan oleh produksi sampah kota ini. Program yang secara penelitian akademis dinilai akan mampu mengatasi probelmatika kebersihan ini mulai dari akar masalah yang paling mendasar.

Tentu memang akan sangat tidak mudah menjalankannya. Bahkan untuk merancangnya saja akan butuh waktu dan pemikiran serta energi dan biaya yang tidak sedikit pula. Namun menurut saya itu adalah suatu keharusan untuk dilakukan. Karena kesadaran akan pentingnya kebersihan ini sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung kita semua semata, namun merupakan kebutuhan sekaligus kewajiban kita sebagai manusia terhadap pemilik alam semesta.

Penulis ialah Politisi Partai Gerindra Kota Mataram

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI