Puasa Ramadan Cara Tubuh Mereset Dirinya | Prof Hamsu Kadriyan

Prof Hamsu Kadriyan
Prof Hamsu Kadriyan

Oleh: Prof. Dr. dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL(K)

Ramadan selalu membawa suasana yang berbeda. Ada kebersamaan dalam ibadah, ada kehangatan dalam berbuka, dan ada ketenangan yang sulit ditemukan di bulan-bulan lainnya. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang sering terabaikan: kesehatan kita sendiri.

Banyak orang mengira bahwa puasa hanya sebatas menahan lapar dan dahaga, padahal jauh lebih dari itu. Puasa adalah cara tubuh untuk mereset dirinya sendiri, memberi kesempatan bagi organ-organ untuk beristirahat, dan memperbaiki sistem imun. Namun, di saat yang sama, puasa juga bisa menjadi tantangan, terutama bagi kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT). Saya sering melihat pasien yang mengalami tenggorokan kering, batuk, atau bahkan infeksi saluran pernapasan selama Ramadan. Apakah ini karena puasanya? Tidak. Ini karena kurangnya kesadaran kita dalam menjaga tubuh selama menjalankan ibadah ini.

Ketika seseorang berpuasa, tubuhnya mengalami berbagai perubahan. Tidak ada asupan makanan dan minuman selama berjam-jam membuat tubuh mengandalkan cadangan energi yang tersimpan. Ini adalah mekanisme alami yang justru sangat bermanfaat. Tubuh memiliki kesempatan untuk melakukan detoksifikasi, membersihkan diri dari racun yang menumpuk akibat pola makan yang sering kali tidak sehat. Namun, jika tidak dilakukan dengan cara yang benar, puasa justru bisa melemahkan sistem pertahanan tubuh.

Salah satu tantangan terbesar selama Ramadan adalah menjaga tubuh tetap terhidrasi. Banyak orang yang mengabaikan pentingnya air saat sahur dan berbuka. Akibatnya, tenggorokan menjadi kering, produksi lendir berkurang, dan saluran pernapasan lebih rentan terhadap virus dan bakteri. Kita pasti masih ingat betapa ganasnya infeksi saluran napas selama pandemi Covid-19. Itu adalah bukti nyata bahwa sistem imun yang lemah bisa menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit yang membahayakan.

Bukan hanya dehidrasi yang menjadi penyebab utama gangguan THT selama puasa. Perubahan pola tidur juga memainkan peran besar. Sahur dan ibadah malam membuat jam tidur menjadi berantakan. Kurangnya istirahat dapat mengganggu sistem imun, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi. Di sisi lain, lingkungan juga berperan besar. Ramadan sering kali jatuh di musim dengan cuaca yang tidak menentuโ€”kadang panas, kadang hujan. Udara yang berdebu, kelembaban yang tinggi, atau bahkan paparan dinginnya AC di kantor bisa menjadi pemicu alergi dan iritasi tenggorokan.

Saya pernah bertemu dengan seorang pasien yang mengeluhkan suara serak dan batuk berkepanjangan saat Ramadan. Setelah berbincang, ternyata dia sering berbuka dengan gorengan dan minuman manis berlebihan, tidak cukup minum air putih, dan tetap begadang setiap malam untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ini adalah kombinasi yang sempurna untuk mengundang berbagai gangguan THT.

Namun, bukan berarti puasa selalu membawa risiko bagi kesehatan. Justru sebaliknya, jika dilakukan dengan benar, puasa bisa menjadi cara terbaik untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pola makan yang lebih sehat, istirahat yang cukup, serta menjaga kebersihan diri dapat membuat tubuh lebih kuat melawan infeksi. Seperti yang dikatakan Rasulullah SAW, “Kesehatan adalah bagian dari nikmat.” (HR. Al-Bukhari). Menjaga kesehatan selama Ramadan bukan hanya soal fisik, tetapi juga bagian dari ibadah itu sendiri.

Sebenarnya, menjaga kesehatan selama puasa tidaklah sulit. Cukup dengan memperbanyak minum air putih saat sahur dan berbuka, menghindari makanan berminyak yang dapat memperparah iritasi tenggorokan, dan memastikan tubuh mendapatkan istirahat yang cukup. Jika berada di lingkungan berdebu, gunakan masker. Jika merasa tenggorokan mulai gatal, berkumurlah dengan air garam untuk membunuh bakteri yang mungkin berkembang biak. Hal-hal kecil seperti ini bisa membuat perbedaan besar.

Ramadan seharusnya menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan, bukan justru sebaliknya. Jika kita menjalaninya dengan bijak, bukan hanya pahala yang kita dapatkan, tetapi juga tubuh yang lebih sehat dan kuat. Sebab, dengan tubuh yang sehat, ibadah pun menjadi lebih khusyuk. Bukankah itu yang seharusnya kita kejar?

Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga Ramadan kali ini membawa keberkahan, kesehatan, dan ketenangan bagi kita semua. (*)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor โ†’

Prof. Dr. dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL(K)

Penulis ialah Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Mataram

Artikel Terkait

OPINI