Potret pendidikan di timur NTB; Hujan turun KBM bubar

Kondisi atap ruang kelas SDN Kamunti Kecamatan Donggo Kabupaten Bima rusak parah.
Kondisi atap ruang kelas SDN Kamunti Kecamatan Donggo Kabupaten Bima rusak parah.

kicknews.today – Potret suram pendidikan di wilayah timur NTB, yakni di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Sebuah Sekolah Dasar (SD) negeri yang dibangun di Dusun Kamunti Desa Mpili Kecamatan Donggo sudah 7 tahun tanpa diperhatikan.

Pihak sekolah sudah sering kali meminta bantuan renovasi, mulai dari mengajukan ke Data Pokok Kependidikan (Dapodik) Kemendikbud, hingga mengadu langsung ke Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Olahraga (Dikbudpora) Kabupaten Bima. Namun, hasilnya nihil.

“Kondisi sekolah sudah 7 tahun rusak dan tak diperhatikan. Hanya dijanjikan perbaikan, tapi tidak terealisasi,” kata Kepala SDN Kamunti, Yusuf, Kamis (16/11/2023).

Menurut Yusuf, terdapat 3 gedung ruang kelas yang nyaris ambruk di sekolah yang dipimpinnya itu, yakni ruang kelas  empat, lima dan enam. Tingkat kerusakannya cukup parah dan tak layak untuk dipakai lagi sebagai ruangan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

“Rusak parah pokonya. Kayu-kayunya sudah lapuk, plafon rusak dan berbagai sisi atap banyak yang bocor,” ungkapnya.

Karena tidak ada pilihan lain, saat kemarau hanya ruang kelas 4 dan 5 yang terpaksa dipakai untuk KBM. Itu pun guru dan siswa harus kepanasan di dalam ruangan, karena atap rusak.

“Sementara ruang kelas 6 rusaknya cukup parah. Sejauh ini siswa belajar menggunakan gedung kantor. Untuk sementara kami berkantor di ruang perpustakaan dulu,” tuturnya.

Berbeda dengan kondisi ketika musim hujan seperti yang berlangsung saat ini. Sewaktu-waktu peserta didik setempat terpaksa harus dipulangkan kembali ke rumahnya masing-masing.

“Kalau saat hujan, bocornya dimana-mana. Jadi kami terpaksa pulangkan siswa jika kedapatan diguyur hujan saat pelajaran berlangsung,” katanya.

Kebijakan ini diterapkan untuk menghindari resiko yang terjadi terhadap para siswa. Karena dikhawatirkan atap dan dinding gedung tiba-tiba ambruk saat siswa dalam proses belajar-mengajar.

“Kami gak mau ambil resiko, makanya pilih pulangkan siswa atau liburkan sekolah saat hujan terus menerus,” sebutnya.

Yusuf berharap, kondisi sekolah setempat dapat membuka hati pemangku kebijakan untuk segera gelontorkan anggaran renovasi. Jika tak semua diakomodir, paling tidak 3 ruangan kelas itu direnovasi secara bertahap.

“Harapan kami semoga cepat diperbaiki. Kasian peserta didik, tidak bisa efektif ikuti pelajaran. Karena harus kami pulangkan ke rumah gegara atap bocor,” ungkap dia.

Selain fasilitas gedung, Yusuf juga mengeluhkan kekurangan fasilitas penunjang lain di satuan pendidikan setempat. Fasilitas itu berupa toilet, meja, kursi, dan lain sebagainya.

“Toilet kita cuman satu, ya gak cukup. Kemudian kursi dan meja di setiap ruangan banyak yang rusak dan kurang,” terangnya.

Senada juga disampaikan tenaga pendidik di SDN setempat, Ismayanti. Dia mengeluhkan fasilitas sekolah rusak sudah cukup lama, namun tak kunjung mendapatkan alokasi anggaran perbaikan dari pemerintah.

Padahal di sekolah lain, begitu kerusakan dilaporkan sangat cepat direspon oleh pemerintah. Baik anggaran itu untuk biaya renovasi hingga pembangunan gedung baru.

“Kami lebih kasian dampaknya ke siswa. Mereka gak bisa belajar dengan nyaman di tengah kerusakan ruang kelas ini,” tandas Ismayanti. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI