Potret monumen Bumi Gora, sejarah kebanggan NTB yang terlupakan

kicknews.today – Masih berdiri tegak tonggak sejarah monumen Bumi Gora di tengah-tengah Taman Udayana, di Jalan Udayana, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggar Barat (NTB). Persis di depan monumen itu kini berdiri bangunan SMPN 6 Mataram yang direlokasi karena bangunan Islamic Center.

Monumen itu diresmikan Presiden kedua RI Soeharto pada 1988 lalu sebagai simbol kebanggaan warga NTB sekaligus menjadi saksi bisu bagaimana masyarakat NTB dahulu berhasil mengembangkan padi dengan sistem tanam Gogo Rancah (Gora).

‘’Ini simbol bahwa NTB pernah mencapai swasembada pangan nasional pada tahun 1984 lalu di masa Gubernur NTB Gatot Suherman,’’ kata Buyung, seorang warga di Mataram yang juga pemerhati sejarah, Sabtu (5/6).

Diketahui sistem tanam Gogo Rancah merupakan salah satu inovasi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, khususnya di NTB. Terbukti dari keberhasilan para petani NTB yang menjadi salah satu penyumbang terbanyak atas swasembada beras pada 1984.

Kala itu, pencapaian swasembada beras menjadi indikator keberhasilan sektor pertanian di daerah ini.

Keberhasilan sistem Gogo Rancah pun menjadi kebanggaan Gubernur NTB pada masa itu, H Gatot Suherman (1978-1988), bahkan dia ikut serta mendampingi Presiden Soeharto menghadiri undangan FAO (Food Agricultur Organization) di Roma karena keberhasilan swasembada pangan pada 1984.

Presiden Soeharto saat panen Padi Gogo Rancah di NTB (Arsip Perpusnas)

Saat panen raya, Presiden Soeharto dan Ibu Negara datang ke Lombok di Desa Truwai di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah lalu panen bawang di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur tahun 1987.

Presiden Soeharto mengemukakan pentingnya kerjasama antara petani sebagai produsen, pedagang sebagai penjual jasa distribusi dan masyarakat konsumen, agar sistem ekonomi bisa berjalan dengan baik.

”Kalau kerjasama itu berhasil, itulah sistem ekonomi Pancasila yang merupakan usaha bersama dan bersifat kekeluargaan. Semua harus menikmati manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran bersama,”ujar Kepala Negara dalam temu wicara dengan sejumlah petani bawang putih di desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat hari Kamis (15/10/1987) dikutip dari Antara.

Presiden Soeharto saat temuwicara di Lombok (Arsip Antara: 1987)

Dalam percakapan sekitar 40 menit itu Presiden menekankan agar para petani menjadi anggota Koperasi Unit Desa (KUD) sehingga pengadaan sarana produksi terjamin serta hasil produksi mereka dipasarkan. melalui KUD supaya petani memperoleh harga yang lebih baik.

Namun semua hal itu kini tinggal cerita. Monumen Bumi Gora hanya seonggok batu dengan relief-relief usang yang tidak terawat. Hanya sebagian kecil orang yang benar-benar memahami tempat apa itu. Bahkan monumen bumi gora tidak dikenal dalam list pemandu wisata. Tulisan besar di kantor Gubernur NTB “Bumi Gora” sebagai julukan bagi daerah yang pernah berjaya karena hasil pangan itu cuma pajangan. Sangat sedikit sekali kita melihat petani di NTB yang menanam padi dengan jenis Gogo Rancah. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI