Pengalaman Paskah di Jerman; telur, permen, coklat, melebihi camilan hari Natal

Kapan saya mendapatkan banyak sekali permen, coklat, dan telur? Adalah saat hari Paskah. Saya belum pernah mendapatkan banyak camilan seperti itu sebelumnya, bahkan melebihi makanan di hari Natal saat tinggal di Jerman, sebagai mahasiswa pada tahun 2019 di kota Hamburg, Jerman Utara.

Seorang teman, orang Indonesia, membawa pulang satu kotak besar isi telur dari tempat ia bekerja sebagai pengasuh anak, telur yang sudah direbus dan dihias warna-warni. Butuh beberapa hari menghabiskannya, dan masih tersisa di kulkas. Pernah juga waktu itu, saya dan teman satu rumah menghibahkan beberapa barang yang sudah tidak terpakai, dengan selogan “free all stuff” gratis.

Banyak sekali orang-oang datang ke tempat kami untuk mengambil barang-barang itu, hampir setiap dari mereka memberikan kami coklat, telur, atau permen, dibungkus kecil seperti kado. ”Frohe Ostern!” (Happy Easter), ucap mereka. Coklat, permen, dan telur menumpuk di dapur untuk camilan setelah lelah membersihkan rumah.

Saya muslim dan tidak merayakan paskah. Tapi Paskah di Jerman adalah salah satu hari besar yang paling dinantikan dengan perayaan yang panjang. Selama dua tahun tinggal di Jerman, setiap awal musim semi, jalanan dan toko-toko ramai dengan hiasan Easter Day atau Perayaan Minggu Paskah, biasanya berlangsung empat hari mulai Jumat sampai Senin dengan aneka parade yang unik.

Apa saja yang banyak terlihat saat perayaan Paskah? Selain telur permen dan coklat, ada kelinci dan jenis unggas seperti ayam dan bebek. Kelinci sendiri dikenal sebagai simbol kuno kesuburan dan kehidupan baru. Di toko-toko swalayan ada banyak hiasan kelinci lengkap dengan wortelnya, sementara hiasan unggas bersama telurnya ditata di dalam keranjang kecil yang berbentuk seperti sarang.

Ternyata hal-hal itu memiliki simbolnya tersendiri. Menurut beberapa sumber, tradisi dan simbol Paskah telah berkembang dari waktu ke waktu, khususnya di Jerman. Bahkan simbol kelinci Paskah dilaporkan diperkenalkan ke Amerika oleh imigran Jerman yang membawa kisah mereka tentang kelinci bertelur. Dekorasi telur diyakini berasal dari setidaknya abad ke-13, sementara ritual parade Paskah bahkan memiliki akar yang lebih tua. Tradisi lainnya, seperti konsumsi permen dan coklat Paskah, adalah salah satu tambahan era modern untuk perayaan liburan awal musim semi.

Saya ingat dalam minggu itu, adalah perayaan Paskah, dan di Indonesia selain libur Paskah, juga hari libur memperingati Maulid Nabi. Hari Paskah di Jerman mengingatkan saya pada saat merayakan Maulid Nabi di kampung halaman saya di Sumbawa. Budaya perayaan Maulid Nabi sangat meriah.

Ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar, setiap murid harus membawa telur rebus yang telah diwarnai dan dihias dengan bunga kertas beraneka rupa. Hiasan telur itu direkatkan menggantung pada sebuah bambu kecil. Semua murid harus membawanya saat parade mengelilingi kampung. Banyak yang mengganggap telur adalah lambang kelahiran atau kebangkitan.

Selain telur, ada banyak makanan dan jajanan tradisional khas Sumbawa. Sementara di Jerman, permen dan coklat mendominasi hingga penjualannya jauh lebih tinggi dibandingkan hari-hari besar lainnya. Ada banyak mitos dan sejarah tentang Paskah, dan pengalaman Paskah dengan tradisi Jerman menjadi pengalaman hidup yang sangat berkesan. (nsa)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI