Mengungkap kehidupan Bangsa Sasak kuno – Jejak peninggalan dari zaman perunggu di Lombok

Gerabah Gunung Piring

kicknews.today – Hasil penemuan arkeologis di Gunung Piring,  Desa Truwai Kecamatan Pujut, Lombok Selatan oleh proyek penggalian dan penelitian purbakala Jakarta tahun 1976 mencengangkan para arkeolog kala itu. Sebuah periuk utuh, kereweng, kerangka manusia, sisa kulit kerang, arang, fragmen logam dan binatang ditemukan di Lombok yang setelah diteliti bersal dari akhir zaman  perunggu.

Enam  abad  sebelum penanggalan masehi dimulai, pulau  Lombok bagian Selatan ternyata telah dihuni  oleh  sekelompok  manusia  yang sama  kebudayaannya dengan penduduk di Vietnam Selatan.

Menurut Drs.M.M. Sukarto dan Prof Solheim, guru besar di Universitas Hawai, penemuan itu menunjukan kebudayaan di Gunung Piring Lombok Telatan itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition. Sama dengan penemuan di Gua Tabon dan Gua Sasak, penduduk di pulau Pallawan-Filipina, penduduk di Gilimanuk Bali dan penduduk di Malielo-Sumba.

Dijelaskan, pada zaman dahulu nenek moyang bangsa Sasak hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mengumpulkan bahan makanan dari hewan dan tumbuhan. Masa seperti ini di sebut dengan masa meramu. Mereka tinggal di daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya mulai bercocok tanam sehingga pada saat ini daerah tersebut kurang subur. Itu sebabnya daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya sekarang ini banyak di tumbuhi semak belukar. Pada saat itu sudah mulai menetap (bertempat tinggal) secara berkelompok. Dengan demikian, hidupnya sudah lebih teratur dan membentuk pemimpin-pemimpin di tempat tinggalnya

Secara umum, nenek moyang bangsa Sasak dibagi menjadi dua kelompok besar pada zaman itu yakni mereka yang tinggal di daerah pesisir yang mengambil makanan dari pantai dan laut. Bukti tentang keberadaannya adalah dengan temuan alat yang seperti jaring (kerakat), alat penangkap cumi-cumi dan sisa kerang.

Lalu yang kedua ialah mereka yang tinggal di daerah pedalaman (hutan) mengambil bahan  makanannya  dari  hutan  maupun  sungai-sungai yang ada di dalam hutan. Adapun jenis alat yang telah ditemukan dan kini disimpan di Museum NTB yaitu alat-alat berburu seperti tombak, iwus, jaring, kodong ipin untuk menangkap udang, kodong lindung  untuk menangkap belut dan sebagainya. Demikian dijelaskan dalam buku Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.

Tragedi dalam uraian sejarah panjang tentang Suku Sasak memang banyak yang tidak tertulis, namun cerminan dari sejarah ini terungkap dari penemuan-penemuan benda sejarah yang dapat untuk disimpulkan menjadi benang merah untuk ditarik menjadi sebuah kesimpulan.

Menjadi sebuah catatan sejarah bahwa kala suku Sasak berada dalam Zaman Prasejarah dimungkinkan mereka belum mengenal huruf atau sebuah peradaban baca tulis.

Penumuan para peneliti arkeologis hanya menemukan benda-benda berupa tengkorak, tulang belulang manusia purba, beberapa peralatan dan senjata sederhana serta jejak-jejak pada alam.

Ada keunikan tersendiri tentang kehidupan nenek moyang dari Gumi Sasak. Mereka yang menempati Gumi Sasak ini memiliki ciri khas yang agak sedikit berbeda dengan suku-suku lainnya yang ada di Indonesia

Menurut hasil penelitian, kekhasan yang dimiliki oleh mereka yang menempati Pulau Lombok adalah pada struktur dan model budaya yang kini berkembang dikalangan suku Sasak.

Sebenarnya belum ada informasi yang akurat dari beberapa penemuan oleh masyarakat. Hal ini karena belum ada penelitian tingkat tinggi yang menggunakan teknologi seperti Radiosotop.

Beberapa kesimpulan yang diambil terkait eksistensi dan perjalanan panjang suku Sasak ini, kesimpulan ini hanya berdasarkan pada cerita-cerita rakyat, babad lontar, barang-barang peninggalan masa lampau serta beberapa hasil penemuan artefak atau bukti arkeologis di kawasan Pulau Lombok.

Penemuan-penemuan ini mampu memberikan gambaran tata cara kehidupan nenek moyang bangsa sasak masa lampau. Misalnya cara mereka mendapatkan makanan atau tata cara kehidupan lainnya.

Penemuan Periuk utuh tahun 1976 menggambarkan bagaimana tata cara mereka memasak saat itu, ada kulit kerang yang mungkin adalah bekas sisa lauk pauk mereka. Selain itu ditemukan kereweng, kerangka manusia, fragmen logam dan binatang.

Informasi yang diketahui luas bahwa jenis masnusia purba yang hidup di Indonesia merupakan jenis Homo Sapiens dari dua ras yaitu Ras Mongoloid dan Ras Austromelanesoid yang memiliki lokasi peradaban berbeda.

Ras Mongoloid ini juga dikatakan sebagai Ras Melayu – Indonesia. Penyebaran Ras ini berlokasi di Indonesia bagian barat seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Sedangkan untuk Ras Austromelanesoid tersebar di kawasan Indonesia bagian timur terutama kawasan Irian Jaya dan pulau-pulau yang ada sekitarnya.

Menurut kajian para arkeologist bahwa nenek moyang bangsa Sasak khususnya mulai menyusuri lembah-lebah sungai Vietnam dan Thailand. Kehidupan kala itu yang berpindah-pindah hingga pada akhirnya sampai ke semenajung Malaya.

Masuknya mereka ke kawasan Nusantara dengan menggunakan perahu bercadik yang kemudian mendarat dikawasan Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara yang dimulai dari Lombok hingga mereka sampai ke Flores dan Sulawesi Selatan.

Jadi dapat disimpulkan dari mana asal manusia yang pernah menghuni Pulau Lombok pada masa prasejarah ini.

Namun kini, penduduk Pulau Lombok sudah bercampur dengan penduduk-penduduk yang berasal dari daerah lainnya yang kemudian menetap dan menjadi warga Lombok.

Sebagian dari mereka adalah yang berasal dari Bali, Sulawesi selatan yang mendiami kawasan pesisir, ada yang berdatangan dari Pulau Jawa, Kalimantan dan kelompok suku minoritas lainnya yang berbaur secara harmonis dengan suku asli Pulau Lombok yaitu Suku Sasak. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI