kicknews.today – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Utara (KLU) melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) menggelar kegiatan business matching pada Senin (5/5/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pelaku usaha, pariwisata, petani, UMKM, suplier, hingga tenaga kerja. Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Bupati Lombok Utara, Kusmalahadi Syamsuri, dan sejumlah pengusaha dari berbagai sektor.

Wakil Bupati Kusmalahadi Syamsuri menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan momen penting untuk membedah berbagai tantangan yang dihadapi pelaku usaha dan masyarakat.
Salah satu isu krusial yang mencuat dalam pertemuan tersebut adalah masih ditemukannya anak di bawah umur yang terpaksa bekerja sebagai tulang punggung keluarga, seperti yang diungkapkan oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Lombok Utara.
“Ini menjadi kesempatan untuk menggali tidak hanya peluang bisnis, tapi juga permasalahan ketenagakerjaan. Misalnya, bagaimana anak-anak yang bekerja bisa tetap dilindungi secara hukum tanpa kehilangan kesempatan mencari nafkah,” ujar Kusmalahadi.
Dalam hal peluang bisnis, Pemda tengah berupaya menjembatani produk UMKM lokal agar bisa menembus pasar hotel di wilayah Lombok Utara. Untuk itu, Pemda melalui DPMPTSP akan memberikan pelatihan pemasaran, pembinaan, dan memfasilitasi sertifikasi produk agar sesuai dengan standar industri perhotelan.
“Kami pertemukan pelaku usaha dengan UMKM dan penyedia. Lewat DPMPTSP, kami akan bantu pelatihan, termasuk sertifikasi dan pengemasan produk yang sesuai standar hotel,” katanya.
Kepala DPMPTSP Lombok Utara, Evi Winarni menyatakan bahwa kegiatan ini juga mendukung program 99 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati. Tujuannya agar petani, pekerja, suplier, dan pengusaha dapat saling terhubung, menciptakan kesepakatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran melalui pemanfaatan Balai Latihan Kerja (BLK) daerah.
“Hari ini empat perusahaan siap bekerja sama, dan kami tidak hanya fasilitasi pelaku usaha, tapi juga UMKM, petani, dan pelaku wisata. Harapannya tercipta kerja sama yang konkret,” ujar Evi.
Sementara, Ketua Gili Hotel Association (GHA), Lalu Kusnawan menyambut baik inisiatif ini namun mengingatkan perlunya pendekatan berbasis data dan standardisasi. Ia menekankan pentingnya adanya database kebutuhan masing-masing hotel agar kolaborasi dengan UMKM bisa berjalan efektif.
“Daya serap terbesar ada di kawasan Tiga Gili, namun kebutuhan tiap hotel berbeda. Harus ada listing kebutuhan dan pelatihan kemasan serta quality control. Jangan hanya display, tapi produknya harus memenuhi standar yang dibutuhkan hotel,” pungkas Kusnawan. (gii)