Kisah Papuk Mi’in, hanya bisa menangis beras dan perabotan hanyut terbawa banjir bandang Sekotong

kicknews.today – Banjir bandang di Sekotong Lombok Barat mengakibatkan sejumlah rumah rusak dan ratusan terendam. Musibah yang terjadi Senin dini hari (13/2) itu menyisakan kisah pilu bagi sebagian warga yang kehilangan harta benda.

Seperti yang dialami Papuk Mi’in, 75 tahun dari Dusun Tebeng Desa Persiapan Pengantap Kecamatan Sekotong. Papuk Mi’in hanya bisa menangis setelah beras dan perabotan rumahnya tersapu banjir.

“Sekarang isi rumah tidak ada yang tersisa,” kata Papuk Mi’in dalam Bahasa Sasak ditemui pasca banjir, Senin (13/2).

Papuq Mi’in selama ini hidup sebatang kara di sebuah gubuk kecil berdinding bedek dan berlantai tanah. Di usia senjanya, Papuk Mi’in hanya bertahan hidup dari belas kasih tetangga. Ia tidak bisa lagi bekerja, karena kondisinya juga sudah tidak kuat.

Papuk Mi’in mengaku sudah lama hidup sendiri di gubuk tersebut. Semenjak ditinggal mati sang suami pada tahun 2010, ia hanya bergantung pada bantuan tetangga. Mereka memang dikaruniai seorang anak, tapi sudah meninggal. Kini ia hanya punya seorang cucu dan sudah berkeluarga yang sesekali datang menemuinya.

Banjir bandang Senin pagi itu, menjadi ujian berat bagi Papuk Mi’in. Betapa tidak, semua isi rumahnya hilang tersapu banjir. Hanya menyisakan bale dan kasur sebagai alas tidur.

Papuk Mi’in menceritakan pertama kali banjir datang. Saat itu sedang melaksanakan shalat tahajud sekitar pukul 03.00 Wita. Saat mengucap salam, ia mendengar suara gemuruh luapan air sungai di samping rumahnya. Papuk Mi’in mengira itu suara hujan.

“Saya kira itu hujan biasa, tapi suaranya deras sekali. Saat air mulai masuk ke pintu rumah saya langsung lain ke tempat tidur,” kata Papuk Mi’in.

Tidak lama kemudian, gemuruh itu semakin keras. Seketika banjir meluap dan menggenangi gubuknya. Papuk Mi’in tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa teriak minta tolong setelah melihat beras dan perabotan terbawa air.

“Saya bisa pasrah dan menangis. Mungkin ini ujian dari Allah SWT,” katanya.

Tetangga yang mendengar teriakan Papuk Mi’in juga kesulitan karena derasnya air. Namun, datang seorang warga membuka pintu gubuknya lalu menggotong Papuk Mi’in.

“Untung Andi datang dan langsung gotong saya ke rumah Adil (tetangga) yang lebih tinggi,” akunya.

Kepala Dusun Tebeng, H. Rusdin mengatakan, Papuk Mi’in kini sudah diungsikan ke rumah tetangga terdekat, karena tempat tinggalnya sudah tidak layak. Ia juga sudah diberikan beberapa bahan pokok untuk kebutuhannya sehari-hari.

“Alhamdulillah, tadi juga sudah datang dari Tagana Sekotong yang mendata korban banjir. Dari Pemerintah Desa juga sudah berikan bantuan untuk kebutuhannya beberapa hari. Sekarang yang penting aman dulu,” jelas Rusdin.

Ia berharap warganya yang terdampak seperti nenek Mi’in bisa diperbaiki rumahnya. Selain rawan banjir, kondisi rumah juga sudah tidak layak huni.

“Kalau bisa pemerintah daerah lebih memperhatikan kondisi masyarakat kita ini,” harapnya. (ys)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI