Kababu, baju khas Donggo yang dikenakan Bupati Bima kini diburu desainer nasional

kicknews.today – Penampilan Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri (IDP) jadi sorotan pada puncak perayaan Peringatan Hari Jadi Bima ke 383, Rabu (5/7). Pasalnya, orang nomor satu di Kabupaten Bima ini untuk pertama kali mengenakan Kababu (Baju hitam dari kain tenun khas suku Donggo) selama perayaan hari jadi Bima.

Bupati Bima memilih mengenakan Kababu bukan tanpa alasan. Menurutnya, mengenakan Kababu sebagai bentuk kecintaannya pada Donggo.

“Saya dou (orang) Donggo dan mencintai keluarga Donggo tanpa batas. Tentu bangga memakai baju Donggo yang tidak sama dengan etnis manapun,” kata Umi Dinda sapaan akrab Bupati Bima, Rabu (5/7).

Baju Donggo menurut dia, sudah sangat dikenal. Bahkan kain khas Donggo ini sudah tembus di pasar dunia. Sebagai kepala daerah, tentu harus mendukung dengan cara ikut mempromosikan agar menghidupkan ekonomi penenun kain Donggo. Yang menarik dari kain Donggo kata dia, karena warna hitamnya yang membuat pamakai terlihat natural.

“Beberapa desainer nasional sekarang banyak membuat baju dari kain Donggo,” kata Umi Dinda.

Kini, kain Donggo sudah banyak diburu desainer nasional. Satu diantaranya, Desainer Indonesia, Dian Oerip yang kagum dengan magis-nya kain tenun Donggo.

Dian Oerip memang belum familiar di dunia fashion Tanah Air. Sebenarnya, dia bukan desainer baru, karena sudah 13 tahun malang melintang di dunia fashion. Namanya, berkibar di kalangan pecinta wastra Nusantara, khususnya kain tenun.

Pendiri dan desainer jenama Oerip Indonesia ini bisa disebut sebagai pemburu kain tenun Nusantara. Hasil petualangannya, ia berhasil mengumpulkan ratusan hingga ribuan jenis kain tenun di seluruh daerah di Indonesia.

Perempuan bernama lengkap Dian Erra Kumalasari ini menemukan kecintaannya pada kain-kain Nusantara dalam perjalanannya menjelajahi berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat hingga Papua telah dijejakinya.

Tahun 2022, Dian Oerip berkesempatan berpetualang pertama kali ke Bima. Selain traveling sekaligus mendaki Tambora, berburu kain tenun bagian dari tujuannya ke Bima. Pertama adalah kain tenun Donggo atau dikenal dengan sebutan Tembe Me’e Donggo.

“Kain Donggo ini saya temukan di Instagram. Wah, ini sangat keren sekali, gumam saya dalam hati,” tutur Mbak Dian.

Tanpa pikir panjang, Dian langsung berkunjung ke Donggo didampingi Penggagas Komunitas Lentera Donggo, Leni Lestari. Dian diajak ke Desa Mbawa sebagai pusat kain tenun Donggo. Di sana Dian disambut dengan baik oleh ibu-ibu penenun.

“Saat itu saya langsung kagum dengan keindahan kain tenun Donggo. Kainnya tebal dan kuat. Kebetulan saya suka sekali warna hitam. Ketika memakainya, saya merasa lebih cantik,” kata Mbak Dian.

Kain tenun Donggo jadi ‘nyawa’ baru bagi Dian. Ia menemukan ada kemistri dengan dengan kain Donggo. Ia pun berinisiatif mengumpulkan kain Donggo sebanyak-banyaknya.

“Bayangkan, 1 jam Rp36 juta ludes,” kata beberapa waktu lalu.

Kain Donggo menurut dia, bukan sekadar kain-kain tenun Bima pada umumnya. Bukan terbuat dari benang yang sering dijumpai di pasar. Kain ini lahir dari kekayaan alam setempat melalui tangan-tangan penenun yang begitu mencintai warisan leluhurnya.

Proses penciptaan kain tenun yang memakai pewarna alam serta pemilihan motif-motifnya yang indah dan sarat makna begitu unik, merepresentasikan budaya masyarakat Donggo. Motif biru segi empat di ujung kain menunjukan 4 arah mata angin.

Kain Donggo tidak sembarang diperoleh. Jadi, pemakainya akan diajak untuk menyelami nilai-nilai spiritual.

Bagi masyarakat Donggo, tenun bukan sekadar kain, tapi suatu yang sangat penting. Bahkan kain memiliki peranan penting dalam kehidupan bersosial.

“Ini kekayaan budaya Indonesia yang membuat saya semakin bangga memilikinya. Kain-kain ini diisi dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh pembuatnya. Jadi, saya tidak keberatan akan hal itu,” kata Dian.

Terlepas dari nilai mistisnya, kain Donggo juga diyakini bisa mengobati berbagai penyakit. Bisa menjadi penyejuk di cuaca panas, serta menghangatkan di musim dingin. “Saya tidak menyebutkan kain Donggo yang terbaik di nusantara. Karena alam Indonesia sangat kaya dan memiliki kelebihan di sisi masing-masing. Yang jelas, saya nyaman dan sangat suka dengan kain Donggo,” tuturnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI