Jasa Farrokh Bulsara untuk insan olahraga seluruh dunia

Oleh: Indra Jaya Usman

Menerima medali bagi para atlet di akhir gelar kompetisi adalah suatu momentum yang tak ternilai harganya. Dalam gelar kompetisi apapun, baik yang bersekala besar maupun yang sederhana. Penerimaan medali dalam seremoni yang memang sengaja digelar untuk mengumumkan nama dan wajah para pemenang kepada khalayak ramai itu menjadi bagian yang hampir sama pentingnya dengan proses perlombaan itu sendiri. Buktinya adalah setiap acara penyerahan medali selalu ramai penonton.

Bagi para penikmat olahraga, menyaksikan ekspresi dari para juara saat menerima medali, hampir sama pentingnya dengan saat menyaksikan jagoan mereka itu memenangkan kompetisi. Wajar saja jika riuh teriakan dan tepuk tangan bercampur gemuruh yel-yel khas sportivo menggema keras sepanjang prosesi penyerahan medali.

Keistimewaan suasana gegap gempita haru biru itu kembali saya rasakan saat diberi kesempatan mengalungkan medali bagi para pemenang kompetisi laga Muaythai. Diakhir gelar perlombaan tingkat Provinis pada Porprov ke-11 Sabtu malam 26 februari 2023 kemarin.

Saya bahkan menyaksikan langsung beberapa atlet sampai meneteskan air mata karena tak mampu membendung rasa bahagia dan bangga dalam diri mereka. Bukan hanya atlet saja, para orang tua, pelatih, official dan rekan mereka yang ikut hadir juga tak luput dari hipnotis evoria rasa haru dan bangga yang menyelimuti seluruh aula lokasi acara.

Perhatian saya tiba-tiba terfokus pada kerasnya suara lagu yang diputar oleh operator soundsystem acara, untuk mengiringi pengalungan medali. Lagu yang mengiringi suara lantang MC yang membacakan nama-nama dan identitas para pemenang lomba. Berulang-ulang diputar pada bagian yang sama, yaitu pada bagian reff yang berisi teriakan rasa bangga menjadi pemenang pada suatu perlombaan.

Ya… tentu semua sudah sangat hafal lagu yang saya maksudkan. Lagu yang berjudul “We Are The Champion” milik band terkenal asal Inggris bernama Queen. Lagu yang sudah bisa disebut sebagai lagu wajib pada setiap momen penyerahan medali, pada kompetisi kelas apapun. Besar atau kecil, lokal, regional bahkan internasional. Rasanya acara penyerahan medali tak akan afdol tanpa lagu itu diputar sekeras-kerasnya.

Queen memang salah satu band favorit saya sejak lama. Beberapa nomor lagu besutan mereka telah melegenda dan di antara lagu-lagu mereka yang menjadi kesukaan saya adalah Bohemian Rapshody, Mustafa Ibrahim dan tentu We Are The Champion ini.

Saya hampir tak bisa membayangkan bagaimana cara para pelaku kompetisi olahraga terdahulu merayakan momentum selebrasi kemenangan mereka. Saat lagu itu belum dibuat oleh Freddie Mercury dan kawan-kawanya di Queen. Dibayangan saya mungkin akan terasa hambar, entahlah…

Yang pasti jasa seorang Freddie kepada seluruh insan olahraga di seluruh dunia sangatlah besar dan tak ternilai angkanya. Meski ia bukan seorang pelaku olahraga. Terlepas dari berbagai cerita miring tentang pribadinya. Seorang musisi yang lahir dengan nama asli Farrokh Bulsara di Stone Town, Zanzibar, Afrika, pada 5 September 1946 itu, tentu layak mendapat penghormatan juga dari para pelaku olahraga. Karena mungkin air mata atlet, pelatih, keluarga atlet dan para pendukungnya itu tak akan menetes jika lagu itu tak mengiringi prosesi penyerahan medali mereka.

Dari momen itu saya jadi ingat jasa Freddie. Saya juga jadi langsung mengingat jasa KH Ali Mansur Shiddiq yang meramu Shalawat Badar pada tahun 1962 di Banyuwangi. Memang tak serupa dan tak bisa disamakan atau dibanding-bandingkan. Hanya saja saya menjadi semakin menyadari bahwa rahmat Alloh SWT Sang Maha Pencipta, Maha Pemberi Petunjuk, memberi petunjuk dan kemampuan kepada siapapun yang dikehendakiNYA. Sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Wallahu Alam Bissawab…

Penulis ialah politisi Partai Demokrat Nusa Tenggara Barat
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI