Harga jagung kering di Bima tembus Rp7.000 per kilogram

ilustrasi jagung
ilustrasi jagung

kicknews.today – Kabar gembira bagi petani jagung di Bima dan Dompu. Kini harga jagung kering sudah tembus Rp7.000 per kilogram. Dibanding harga awal panen tahun 2023 lalu, angka ini jauh lebih tinggi.

“Harga jagung kering di pasar saat ini capai Rp7.000 per kilogram,” jelas Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Bima, Muhammad Natsir, Kamis (1/2/2024).

Menurut dia, harga komoditas unggulan NTB ini naik tahun 2024 karena stok nasional kurang. Bahkan pemerintah pusat terpaksa harus mengimpor jagung dari luar negeri untuk penuhi kebutuhan pasar.

“Stok memang kurang sehingga pemerintah impor jagung,” terangnya.

Kemudian ditambah lagi dengan banyaknya lahan jagung di Bima rusak akibat dari kemarau panjang dan curah hujan yang tak menentu. Seperti halnya ditemukan pada sejumlah wilayah seperti Kecamatan Sanggar dan Tambora.

“Jagung gak bisa tumbuh dengan normal karena kurang resapan air hujan. Sementara tanaman jagung sejatinya mau hujan terus, baru bisa tumbuh dengan baik,” bebernya.

Seorang petani jagung di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi, Kurniati Ilham berharap harga jagung Rp7.000 per kilogram bisa bertahan hingga akhir panen. Harga tersebut dinilai sudah sesuai dengan pengeluaran biaya tanam hingga produksi.

“Biaya yang kita keluarkan banyak, belum bibit yang mahal, obat-obatan, pupuk, biaya tanam dan lain-lain. Jadi harga saat ini sudah sesuai dan semoga bisa bertahan hingga akhir panen,” ujarnya.

Karena pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, harga jagung biasanya dibuka dengan harga tinggi ketika jelang panen raya. Namun tiba-tiba anjlok saat memasuki masa panen raya dengan alasan produksi melimpah.

“Biasanya begitu, palingan harga Rp7 ribu hanya didapat oleh petani yang tanam lebih awal. Sementara kami yang telat tanam, dapat harga rendah,” sesalnya.

Menurut Kurniati, curah hujan di wilayah setempat dan sekitarnya tak menentu seperti di tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya, pertumbuhan tanaman jagung terganggu bahkan tidak sedikit yang mengalami rusak.

Hal itu biasanya terjadi pada jagung yang ditanam di kawasan tanah tegalan. Tidak seperti di pegunungan, meski jarang disirami hujan, tapi mampu bertahan karena suhu dingin ditambah tanahnya subur.

“Tanaman jagung petani di sini banyak gak tumbuh dan rusak, bahkan mereka harus tanam ulang lagi. Gimana mau tumbuh, sedangkan curah hujan di sini kurang,” terangnya. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI