Belajar melihat sampah bukan sebagai masalah, tapi peluang

kicknews.today – Keberadaan sampah di Indonesia, masih menjadi permasalahan kompleks dan tidak mampu dikelola dengan baik. Padahal, menurut Syawaludin, Direktur Bank Sampah Bintang Sejahtera NTB, sampah harusnya tidak dilihat sebagai masalah, tetapi peluang untuk meningkatkan ekonomi.

“Kita impor sampah, kalau kita kelola peluangnya besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sebagian besar pakaian dan kebutuhan yang kita gunakan itu diolah lagi dari sampah”, ungkap Syawaludin.

Firmasyah, Kabid Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB (DLHK NTB), juga menerangkan bahwa setiap hari satu orang bisa memproduksi sampah 2 – 3 Kg.

“Sumber sampah paling banyak adalah dari Sampah rumah tangga yaitu sebanyak 62 %, pasar tradisional 13%, pusat perniagaan 7 %, kawasan 4 %, fasilitas Publik 3% dan lainnya 6 %”, ungkapnya

Di tahun 2020, Firmansyah menyatakan Pemerintah Provinsi NTB sudah menangani sampah sebanyak 37.63%, sedangkan yang belum tertangani sekitar 62.37%.

“Pemerintah berharap masyarakat ikut berpartisipasi dalam rangka menangani sampah minimal mulai dari pilah dan olah sampah dari rumah masing-masing, tidak harus wah, bisa mulai dengan mudah, kalau ini dilakukan maka akan mengurangi sampah ke TPA”, tambah Firmansyah.

Hal di atas disampaikan dalam kesempatan agenda Workshop dan Pelatihan Pengelolaan Sampah di Masa Covid-19 untuk Mewujudkan NTB Gemilang yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara Barat (LPW NTB), Pondok Pesantren dan Al-Istiqomah Nahdlatul Wathan Dasan Poto (MA Al-Istiqomah NW) serta dukungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, pada Selasa (27/07) di Desa Rarang, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur dan online Zoom Meeting serta siaran langsung Youtube LPW NTB.

“Kegiatan ini dilaksanakan dengan penyesuaian kondisi Covid-19, sehingga menggunakan metode offline dan online, karena ada sekitar 200 peserta yang harus dikondisikan. Offline dilaksanakan dengan pembatasan peserta dan protokol kesehatan secara ketat”, Ungkap Saiful Bahri selaku Ketua Panitia pada media ini.

“Kegiatan ini diikuti dari unsur siswa-siswi/santriwan-santriwati, alumni, masyarakat, dan kepala wilayah. Pelaksanaan kegiatan dilakukan tiga sesi, yaitu pembukaan, workshop dan pelatihan”, tuturnya.

Pada sesi pembukaan kegiatan ini dihadiri pula oleh pimpinan pondok dan MA, TGH. Lalu Ahmad Yani, TGH. Lalu Ishak, QH, L.C, TGH. Lalu Ilyas, Direktur LPW NTB, Taufan, S.H.,M.H, serta dibuka oleh Ir. Madani Mukarom, B.Scf., M.Si, selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pemda Provinsi NTB.

Dalam sambutannya TGH. Lalu Ishak, selaku Kepala MA Al-Istiqomah NW mengungkapkan bahwa pengelolaan sampah merupakan konsep yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW, bahwa kebersiahan bagian dari iman”.

TGH. Lalu Ahmad Yani selaku Ketua Ponpes, juga menegaskan, jauh sebelum keluarnya Undang-undang dan peraturan tentang pengelolaan sampah, Nabi Muhammad SAW sudah mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya menjaga kebersihan.

“Lingkungan pondok pesantren dalam pandangan mainstream, pondok itu kumuh, terbelakang dan lain sebagainya, maka lewat kegiatan workshop dan pelatihan literasi zero waste ini sekaligus terus mengingatkan kita pentingnya kebersihan, serta kami berharap dapat meningkatkan pengetahuan bagaimana mengelola sampah, tutupnya.

Taufan, selaku Direktur LPW NTB menuturkan kegiatan ini berangkat dari permasalahan sampah di Indonesia serta kondisi penyebaran Covid-19 yang memperparah kondisi kesehatan masyarakat.

“Dari hasil riset Jenna Jambeck tahun 2015 telah menggambarkan kondisi Indonesia yang berada di peringkat kedua setelah Cina sebagai negara yang menyumbang sampah plastik ke lautan dari 192 negara”, terangnya.

“Disamping itu, dalam pengelolaan sampah sudah dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan, mulai dari Undang-Undang, PP, Perpres sampai Peraturan Daerah, bahkan di RPJMN dan RPJMD telah digariskan secara jelas pengelolaan sampah”.

“Pemda Provinsi NTB melalui Bappeda telah meluncurkann program zero waste pada Januari tahun 2019. Gubernur NTB, beberapa kesempatan menyampaikan pentingnya zero waste. Pemda Provinsi NTB juga terus mendorong komitmen zero waste, melakukan sosialisasi kepada elemen masyarakat”, ungkap Taufan.

Madani Mukarom, selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pemda Provinsi NTB. menyampaikan bahwa dalam pengelolaan sampah, Pemda Provinsi NTB memiliki program Zero Waste yang merupakan turunan dari visi NTB Gemilang dan misi membangun NTB yang asri dan lestari.

“Pemda Provinsi NTB memiliki target bebas sampah tahun 2023, upaya realisasi diantaranya adalah mendorong bank sampah, sosialisasi maupun pelatihan. Upaya ini tidak dapat diwujudkan tanpa keterlibatan semua. Penting untuk membangun kekuatan masyarakat, mulai dari sekolah, rumah tangga, ini adalah bentuk memperkuat kerja pemerintah, dengan jumlah yang terbatas, mustahil pemerintah melakukan sendiri”, ungkapnya.

Pada sesi workshop dan pelatihan, kegiatan dipandu langsung oleh Firmasyah dan Syawaludin. Materi workshop difokuskan pada perilaku pemilahan sampah, pengolahan organik dan non organik. Sedangkan pelatihan dilakukan dengan pemberian materi pengolahan sampah dapur, sampah plastik, kertas dan sisa makanan. Untuk mengolah sampah sisa makanan, dalam kegiatan ini dilakukan juga praktek pembuatan lubang biopori.

Untuk mengatasi persoalan sampah, Firmansyah mengungkapkan ada berbagai cara, DLHK NTB tengah mendorong pilah dan olah sampah di rumah dan memanfaatkan dengan metode diantaranya composter bag, biopori dan black soldier fly.

Menurut Syawaludin, di lingkungan Pondok pesantren perlu membangun kesadaran terhadap santri dan santriwati, ustadz dan ustadzah tentang pentingnya pilah dan olah sampah.

“Terlalu jauh kita berbicara tentang teknologi, alat-alat canggih pengolah sampah dan lain sebagainya tapi pikirkanlah berapa banyak sampah yang engkau hasilkan tiap harinya dan bagaimana mengubah sampah itu menjadi emas”, terang Syawaludin.

Syawaludin meyakini bahwa penggunaan teknologi tidak akan optimal jika tidak didukung oleh perilaku masyarakat.

“Urusan penanganan sampah bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah, tapi harus dirubah paradigma berrpikir, memperbaiki perilaku masyarakat, juga tanggungjawab pihak produsen yang menghasilkan banyak sampah pada produknya”, ungkapnya.

“Gerakan sedekah sampah juga bisa di mulai di lingkungan pesantren ini misalnya tiap hari santri dan santriwati mengumpulkan dan memilah sampah, plastik gelasan, botolan, kertas dan lain-lain. Sampah yang sudah dipilah dan di kumpulkan tadi bisa kita sedekahkan kepada pemulung-pemulung. Satu sisi kita dapat pahala dan di sisi yang lain lingkungan pondok dan rumah kita juga bersih dan bebas sampah”, tutupnya. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI