Bebadong: Azimat kekebalan Pepadu Sasak yang masih diselimuti misteri

Pepadu peresean sedang bertarung
Pepadu peresean sedang bertarung

kicknews.today Di tengah gemuruh gamelan dan sorak penonton, dua pepadu bertelanjang dada berdiri tegak. Di tangan mereka, sebilah rotan siap diayunkan, seolah menguji batas tubuh dan keberanian. Tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang tak terlihat – bebadong. Sebuah azimat kekebalan, yang bagi sebagian orang Sasak, lebih dari sekadar jimat. Ia adalah rahasia kekuatan, benteng tak kasat mata yang diyakini melindungi tubuh dari rasa sakit dan luka.

Istilah bebadong bukan sekadar mitos. Di masyarakat tradisional Sasak, khususnya para petarung peresean, bebadong adalah sesuatu yang diyakini bisa membuat tubuh mereka kebal terhadap pukulan rotan. “Kalau sudah pasang bebadong, rotan bisa seperti lidi,” ujar Rahim, seorang pelaku budaya peresean dari Sesela, Lombok Barat, sambil tertawa kecil.

Bentuk bebadong beragam—dari minyak bertuah yang dioleskan ke tubuh, rajah yang ditulis di sehelai kain kecil dan diselipkan di pinggang, hingga mantra yang dirapal dan diulang-ulang sebelum naik gelanggang peresean. Semuanya punya tujuan sama: melindungi tubuh dan memperkuat mental.

Tak semua orang bisa membuat bebadong. Hanya orang-orang yang dianggap memiliki “ilmu”, seperti tokoh adat atau orang alim kampung, yang bisa meraciknya. Prosesnya pun tak main-main. Harus dilakukan di waktu-waktu khusus, seperti di bulan muharam atau saat bulan purnama. Kadang disertai puasa, halwat, atau ritual lainnya yang rumit dan penuh syarat.

Namun di tengah modernisasi, bebadong berada di persimpangan. Sebagian pemuda Sasak memilih tampil tanpa jimat, mengandalkan latihan fisik dan nyali. Tapi sebagian lain masih percaya, kekuatan sejati datang dari keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan sesuatu yang lebih tinggi.

Meski kini peresean lebih sering digelar sebagai tontonan budaya dan wisata, aura mistik itu belum benar-benar hilang. Bagi mereka yang tumbuh dengan cerita-cerita leluhur, bebadong bukan hanya perlindungan tapi warisan budaya yang luhur.

Dan di tiap rotan yang menghantam perisai, di tiap darah yang menetes di tanah, terselip satu keyakinan: bahwa dalam tubuh seorang pepadu, selalu ada kekuatan tak kasat mata yang menyertainya. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI