Tantangan literasi di era digital: Hanya 3 persen anak NTB membaca buku secara utuh

Kepala Dispusarsip KLU, Muhammad Wahyu Darmawan. (Poto kicknews.today/Anggi)

kicknews.today – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, minat baca buku di kalangan generasi muda Indonesia mengalami tantangan yang cukup serius. Bukan hanya di Kabupaten Lombok Utara (KLU), kondisi ini merupakan cerminan situasi nasional yang memperlihatkan rendahnya kegemaran membaca, khususnya buku cetak.

 

Anak-anak kini lebih tertarik pada gawai pintar seperti smartphone yang menawarkan beragam konten instan, mulai dari game online, media sosial, video hiburan, hingga bacaan sepotong-sepotong yang tidak mengasah daya pikir secara mendalam.

 

Meski konten digital dapat diakses dengan mudah, namun membaca buku memiliki manfaat tersendiri yang tidak tergantikan.

 

”Membaca buku itu memberikan rangsangan positif pada otak. Ini bisa meningkatkan kecerdasan, mencegah penyakit seperti Alzheimer di usia lanjut, dan menumbuhkan pola pikir positif serta semangat hidup,” ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusarsip) Kabupaten Lombok Utara (KLU), Muhammad Wahyu Darmawan, Senin (21/04/2025).

 

Berbeda dengan membaca konten digital yang seringkali bersifat potongan, membaca buku secara utuh melatih pembaca untuk memahami alur pikir dari awal hingga akhir. Untuk menjawab tantangan ini, berbagai langkah dilakukan. Salah satunya melalui penyediaan perpustakaan keliling.

 

”Pagi ini kami menyerahkan dua unit motor perpustakaan keliling kepada taman baca swadaya dan taman baca masyarakat,” ungkapnya.

 

Bantuan ini juga dilengkapi dengan buku-buku bacaan dan peralatan digital untuk menunjang literasi di daerah dengan akses terbatas.

 

Selain itu, revitalisasi perpustakaan desa juga menjadi prioritas. Namun, pasca gempa 2018, banyak perpustakaan desa yang rusak belum mendapatkan perbaikan.

 

”Kami sedang mengadvokasi agar desa-desa mengalokasikan dana desa untuk pembangunan kembali perpustakaan,” katanya.

 

Meski koleksi perpustakaan daerah telah mencapai sekitar 14.000 buku fisik dan 1.200 buku digital, kenyataannya budaya membaca belum tumbuh secara merata. Data menunjukkan, di NTB termasuk KLU, hanya 3 dari 100 anak usia 6-15 tahun yang membaca buku secara utuh. Selebihnya hanya membaca potongan informasi, atau bahkan tidak membaca sama sekali.

 

”Kita baru mencatatkan sekitar 1.400 kunjungan ke perpustakaan per bulan. Ini tentu masih sangat kurang. Kita harus lebih gencar mempromosikan kunjungan ke perpustakaan umum maupun perpustakaan keliling,” jelasnya.

 

Peran keluarga, khususnya ibu rumah tangga, juga dianggap penting. “Jangan hanya menyuruh anak membaca, tapi ibunya sendiri tidak memberi contoh,” ujarnya.

 

Kegiatan membaca harus dimulai dari rumah agar anak-anak tumbuh dengan kebiasaan dan kecintaan terhadap buku. (gii-bii)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI