kicknews.today – Institut Elkatarie, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengadakan wisuda perdana dengan mengusung tradisi lokal besembek. Tradisi ini menjadi simbol harmonisasi antara budaya Sasak dan nilai-nilai keislaman, menjadikan prosesi tersebut unik dan bermakna.
Rektor Institut Elkatarie, Dr. Asbullah Muslim, dalam sambutannya menegaskan bahwa tradisi besembek bukan hanya sebuah seremoni budaya, tetapi juga wujud nyata komitmen kampus untuk mengintegrasikan budaya lokal, agama Islam, dan pendidikan modern.
“Besembek adalah simbol perpaduan harmonis antara budaya dan agama yang menjadi fondasi pendidikan di kampus kami,” ujar Asbullah.
Wisuda perdana yang bertema “Integrasi Budaya Lokal, Islamis Religius, dan Sasakologi” berlangsung pada Sabtu (30/11/2024). Menurut Asbullah, istilah Sasakologi yang diangkat dalam tema tersebut melambangkan penghormatan terhadap budaya lokal sekaligus menjadi inspirasi dalam membangun masa depan berbasis kearifan lokal.
“Wisuda ini adalah catatan sejarah baru bagi kami, sekaligus pengingat pentingnya budaya dalam pendidikan,” tambahnya.
Rektor juga berharap para lulusan angkatan pertama ini dapat memahami makna dari tema tersebut sehingga mampu menjadi duta budaya dan agama yang berprestasi, baik secara akademik maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Sekretaris Koordinator Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Kopertais) Wilayah XIV Mataram, Prof. Nazar Naami, turut memberikan apresiasi. Menurutnya, integrasi budaya Sasak dan nilai keislaman yang diterapkan Institut Elkatarie adalah langkah strategis dalam mencetak generasi yang unggul.
“Saya bangga melihat upaya Institut Elkatarie memadukan pendidikan akademik dengan budaya lokal yang Islami melalui Sasakologi. Ini adalah langkah maju untuk menghadirkan pendidikan yang relevan secara global sekaligus menghormati nilai-nilai lokal,” ujar Nazar.
Dalam orasi ilmiah, Prof. Ali Jadid Al-Idrus menekankan pentingnya pendidikan berbasis nilai-nilai lokal untuk menciptakan generasi berkarakter dan kompetitif di tingkat global.
“Kunci kemajuan bangsa adalah kemampuan mengintegrasikan kearifan lokal dengan pendidikan modern. Sasakologi membuktikan bahwa budaya dan pendidikan dapat bersinergi untuk menghasilkan generasi cerdas dan berintegritas,” katanya.
Ketua panitia, Nur Kholis, mengungkapkan bahwa wisuda ini menjadi tonggak sejarah karena berbeda dari prosesi wisuda yang biasanya mengadopsi tradisi Yunani.
“Ini waktunya kita menggunakan budaya kita sendiri. Tradisi besembek adalah bukti bahwa kampus kami menghormati akar budaya Sasak,” jelasnya.
Wisuda perdana ini diikuti oleh 279 mahasiswa dari berbagai fakultas. Di antaranya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan Program Studi Akuntansi dan Manajemen; Fakultas Syariah dengan Program Studi Hukum Pidana Islam dan Hukum Tata Negara; serta Fakultas Tarbiyah dengan Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, dan Tadris Bahasa Inggris.
Prosesi ini menjadi momentum bersejarah, mencerminkan semangat Institut Elkatarie dalam menghadirkan pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan religiusitas. (gii)