7 Gua Jepang di Lombok Timur, wisata mahal yang terbengkalai

kicknews.today – Tujuh Gua Jepang yang berada di Pantai Pink, Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur kini tidak terurus dan terbengkalai. Padahal, jika dikelola dengan baik gua peninggalan zaman penjajahan itu mampu menarik banyak wisatawan.

“Gua ini bisa menjadi wisata mahal di Lombok Timur,” kata Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Kecamatan Jerowaru, Ahmad Turmuzi pada Minggu (29/1).

Gua Jepang menurutnya, memiliki sejarah panjang bagaimana kehidupan masa penjajahan yang tidak banyak orang ketahui. Tidak sedikit wisatawan yang ingin mencari tahu sejarah terbentuknya Gua Jepang tersebut. Selain arsitekturnya yang unik, Gua Jepang ini juga punya ragam cerita dibaliknya.

Dari informasi yang didapat, Gua Jepang merupakan sebuah bunker artifisial (bangunan pertahanan militer) yang digunakan sebagai benteng pertahanan di wilayah Selatan Lombok.

“Sayangnya, Gua Jepang ini berada di wilayah garapan PT ESL, sehingga tidak bisa dikelola oleh KTH Jerowaru. Kondisinya sudah puluhan tahun tidak pernah dirawat,” ucap Ahmad Turmuzi.

Menurutnya, Gua Jepang bisa menjadi objek wisata dengan nilai jual tinggi. Terbukti, meski tidak terurus, banyak wisatawan yang tertarik melihat seperti apa penampakan di dalamnya.

“Jumlahnya ada 7 gua dengan karakteristik berbeda-beda di wilayah itu. Tentu banyak yang mengeluh karena tidak pernah diurus. Kami juga hanya bisa jawa apa adanya, karena wilayah itu bukan kewenangan KTH,” sebutnya.

Dia menjelaskan, di wilayah tersebut terdapat lahan publik dan lahan usaha. Untuk lahan publik dikelola oleh KTH seluas 3,5 hektar, termasuk Pantai Pink. Sedangkan lahan usaha bagian dari PT ESL, mencakup 7 gua peninggalan Jepang.

Untuk itu Turmizi berharap, Gua Jepang ini bisa dikelola oleh KTH ataupun masyarakat setempat untuk dilestarikan. Dia juga khawatir keberadaan Gua Jepang bisa rusak, mengingat di wilayah tersebut sudah mulai longsor.

“Sayang sekali jika tidak dimanfaatkan. Bukan tidak mungkin Gua Jepang itu nantinya akan hilang karena tak diurus,” pungkas Turmuzi. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI