54 anak di Bima jadi korban kekerasan

Ilustrasi kekerasan pada anak

kicknews.today – Kasus kekerasan terhadap anak dibawa umur yang terjadi dalam 10 bulan terakhir di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak 54 kasus. Kekerasan yang mereka alami seperti kekerasan seksual (pencabulan), fisik, penganiayaan, penelantaran dan pemenuhan hak asuh anak.

“Trend kekerasan terhadap anak di tahun ini lebih meningkat dibandingkan m pada tahun 2022 lalu. Peningkatannya ada sekitar 10 persen,” kata Kepala Upt PPA Kabupaten Bima, Muhammad Umar, Rabu (8/11/2023).

Muhammad Umar mengatakan, dari 54 kasus ini didominasi kasus kekerasan seksual terhadap anak. Berikut disusul kasus kekerasan fisik, penganiayaan, penelantaran dan pemenuhan hak asuh anak.

“Sesuai data kita, kasus terbanyak kekerasan seksual. Cuman rinciannya itu yang saya lupa, karena lagi di luar kantor,” katanya.

Hal ini terjadi lantaran lemahnya fungsi pihak orang tua. Mereka tidak secara masif mengontrol dan melakukan pengawasan terhadap aktivitas anak di luar rumah.

Senada juga disampaikan Kepala Dinas DP3AP2KB Kabupaten Bima, Nurdin. Kasus kekerasan terhadap anak terus saja terjadi, meski sisi lain jajarannya terus melakukan sosialisasi pencegahan di lapangan.

“Rutin kami turun sosialisasi pencegahan, itu sudah jadi program kami,” katanya Rabu (8/11/2023).

Sasaran sosialisasi seperti di sejumlah desa dan kecamatan yang rawan terjadi kekerasan terhadap anak. Kemudian menyisir sekolah tingkat SMP, SMA dan sejumlah perguruan tinggi di wilayah kota dan Kabupaten Bima.

“Gak mungkin kita sisir semua 191 desa di Bima. Kita turun ke beberapa lokasi aja menyesuaikan dengan kemampuan anggaran,” sebutnya.

Pada saat sosialisasi dilakukan banyak hal yang akan disampaikan. Tidak hanya langkah pencegahan kekerasan, tapi juga materi mengenai perlindungan negara terhadap anak sebagai korban kekerasan.

“Semuanya kita sampaikan. Tapi yang lebih ditekankan peran orang dalam memberikan pengawasan,” kata dia.

Karena menurut Nurdin, umumnya kekerasan terhadap anak yang terjadi di Bima lantaran lemahnya pengawasan orang tua. Mereka cenderung tinggalkan anak di rumah untuk pergi bekerja di kebun ataupun ladang.

“Nah kesempatan itu sehingga secara tidak langsung memberikan peluang bagi pelaku kejahatan. Karena kejahatan itu bukan direncanakan, tapi karena adanya kesempatan,” pungkas Nurdin. (jr)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI