3 remaja sekampung di Lombok Timur, ubah limbah kayu jadi lukisan bernilai tinggi

kicknews.today – Tiga remaja asal Desa Lenek, Kecematan Lenek, Kabupaten Lombok Timur yakni, Patoni Ginan (16 tahun), Farhan Alghifari (16 tahun) Ahmad Zulfikar Hadi Sya’ki (16 tahun) terbilang kreatif. Dengan memanfaatkan limbah kayu bekas, mereka bisa membuat berbagai jenis lukisan.

Menariknya, kreativitas itu mereka belajar secara otodidak. Lukisan yang dibuat beraneka ragam mulai dari wajah pahlawan, pemandangan  hingga wayang.

Mereka menggeluti pekerjaan itu sejak tahun 2018. Bermula mereka prihatin dan resah dengan banyak limbah kayu sisa lomba masjid keliling yang digelar setiap menyambut hari raya idul Fitri di desa mereka. Hingga sekarang, hasil karya mereka cukup dikenal dan diminati banyak orang.

Berasal dari keluarga kurang mampu jadi salah satu pemantik semangat tiga siswa SMAN 1 Lenek ini untuk terus berkarya. Dari hasil karyanya, kini mereka bisa membantu ekonomi orang tua, dan membiayai sekolah sendiri.

“Awalnya banyak teman-teman dan pemuda desa bersama-sama menjalankan usaha ini. Karena banyak yang sibuk kerja, tinggal kami bertiga yang masih tersisa,” kata Ahmad Zulfikar Hadi Sya’ki saat ditemui lapak mereka, Selasa (14/3).

Diakuinya, tahun pertama peminat hasil karya mereka masih terbilang minim. Meski demikian, mereka pantang menyerah untuk menjalani usaha tersebut. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2019, ia menerima pesanan dari anggota DPR RI Komisi V, H Suryadi Jaya Purnama asal Lenek.

“Waktu itu beliau pesan untuk dibuat lukisan wayang kulit atau ukiran wayang kulit dari kayu dengan ukuran yang cukup besar. Dari situ semangat kami untuk belajar sendiri  dan meningkatkan kemampuan. Kami juga selalu meminta masukan dan saran dari pembeli agar kami bisa membuat karya lebih baik,” katanya.

Mereka akui, tidak ada turunan keterampilan dalam mengukir atau melukis dari orang tua. Menurutnya, hasil karya mereka hanya modal semangat dan kekompakan.

“Alhamdulillah usaha kerajinan kami berjalan lancar, apalagi usai idul Fitri, kami menjemput limbah kayu itu ke rumah-rumah warga. Kami sudah pesan untuk tidak buang, sehingga itu yang kami gunakan hingga sekarang ini,” katanya.

Dari hasil penjualan itu mereka bagi rata. Satu hasil karya harganya bervariasi, mulai dari Rp300 sampai Rp500 ribu.

“Kami harap usaha kami bisa dikenal oleh masyarakat luas, lebih-lebih di luar pulau Lombok,” pungkasnya. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI