kicknews.today – Saat ini media sosial sedang dihebohkan dengan video viral pernikahan anak di bawah umur. Dietahui mempelai laki-laki bernisial R, 16 tahun, kelas 1 SMK (sekolah menengah kejuruan) dan mempelai perempuan kelas 2 SMP (sekolah menengah pertama). Dari informasi yang beredar diketahui kedua mempelai ini berasal dari Desa Rarang Lombok Tengah. Video pernikahan kedua mempelai ini beredar luas di platform media sosial (Facebook dan tiktok).
Berdasarkan video yang beredar, kedua mempelai terlihat berfoto bersama dengan sejumlah undangan di depan dekorasi pernikahan mereka. Selain itu, nampak dalam video tersebut mempelai perempuan sangat sumringah saat mengikuti prosesi nyongkolan atau adat pernikahan Sasak Lombok yang dilakukan secara iring iringan sepanjang jalan.

Sontak saja video pernikahan anak di bawah umur ini menuai beragam respon dari warganet. Tak sedikit warganet yang menyayangkan atas pernikahan dini ini karena seharusnya seusia mereka sedang fokus belajar.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Joko Jumadi menyayangkan pernikahan anak yang sedang viral di media sosial itu. Ia berharap pemerintah daerah setempat mengatensi fenomena tersebut.
”Lagi cari informasinya, saya belum dapat informasinya. Apakah ini dari Lombok Timur atau Lombok Tengah. Tapi dugaan kami, dari Lombok Tengah,” kata Joko saat dikonfirmasi, Jumat (23/5/2025).
LPA Mataram, Joko Jumadi mengaku siap membantu proses pelaporan ke polisi jika alamat kedua mempelai diketahui dan saat ini ia masih mencari informasinya terlebih dahulu. Menurutnya, masyarakat perlu mendapatkan edukasi terkait dampak negatif dari pernikahan di bawah umur agar tidak terjadi lagi.
Berdasarkan data Save the Children Indonesia, angka perkawinan anak di NTB tercatat sebanyak 311 pengajuan dispensasi nikah pada tahun 2019. Kemudian meningkat menjadi 803 permohonan pada tahun berikutnya.
Adapun sejumlah faktor yang menjadi penyebab masih banyaknya perkawinan anak di bawah umur di NTB. Salah satunya Mulai dari pandemi COVID-19, keadaan ekonomi keluarga, kurangnya kasih sayang dalam keluarga dan pendidikan orang tua yang rendah. (wii)