kicknews.today – Kerusakan sekolah dasar negeri (SDN) Kamunti Kecamatan Donggo Kabupaten Bima ditanggapi Kepala Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima, Zunaidin. Menurutnya, kendala sekolah sulit mendapatkan bantuan karena berbagai faktor.
Zunaidin tak menampik kondisi SDN Kamunti yang sudah memprihatinkan. Bahkan satuan pendidikan setempat telah cukup lama terdaftar di Dapodik Kemendikbud.
Masalahnya, sertifikat tanah sekolah belum bisa dibuktikan dan belum diunggah ke Dapodik. Sehingga sekolah tersebut tidak bisa mendapat bantuan dana, termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2024 mendatang.
“Karena kendala sertifikat itu, sehingga mereka gak masuk dalam daftar alokasi DAK 2024,,” katanya Jumat (17/11/2023).
Meski demikian, Zunaidin memastikan dalam waktu dekat ini akan melayangkan panggilan terhadap Kepsek SDN Kamunti. Dalam pertemuan nanti, akan membahas soal penanganan gedung SDN itu menggunakan Dana Alokasi Umum (DAU).
“Secepatnya akan kami panggil untuk membicarakan hal ini,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, kondisi SDN Kamunti sudah 7 tahun tanpa diperhatikan. Pihak sekolah sudah sering kali meminta bantuan renovasi, mulai dari mengajukan ke Data Pokok Kependidikan (Dapodik) Kemendikbud, hingga mengadu langsung ke Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Olahraga (Dikbudpora) Kabupaten Bima. Namun, hasilnya nihil.
“Kondisi sekolah sudah 7 tahun rusak dan tak diperhatikan. Hanya dijanjikan perbaikan, tapi tidak terealisasi,” kata Kepala SDN Kamunti, Yusuf, Kamis (16/11/2023).
Menurut Yusuf, terdapat 3 gedung ruang kelas yang nyaris ambruk di sekolah yang dipimpinnya itu, yakni ruang kelas empat, lima dan enam. Tingkat kerusakannya cukup parah dan tak layak untuk dipakai lagi sebagai ruangan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
“Rusak parah pokonya. Kayu-kayunya sudah lapuk, plafon rusak dan berbagai sisi atap banyak yang bocor,” ungkapnya.
Karena tidak ada pilihan lain, saat kemarau hanya ruang kelas 4 dan 5 yang terpaksa dipakai untuk KBM. Itu pun guru dan siswa harus kepanasan di dalam ruangan, karena atap rusak.
“Sementara ruang kelas 6 rusaknya cukup parah. Sejauh ini siswa belajar menggunakan gedung kantor. Untuk sementara kami berkantor di ruang perpustakaan dulu,” tuturnya.
Berbeda dengan kondisi ketika musim hujan seperti yang berlangsung saat ini. Sewaktu-waktu peserta didik setempat terpaksa harus dipulangkan kembali ke rumahnya masing-masing.
“Kalau saat hujan, bocornya dimana-mana. Jadi kami terpaksa pulangkan siswa jika kedapatan diguyur hujan saat pelajaran berlangsung,” katanya.
Kebijakan ini diterapkan untuk menghindari resiko yang terjadi terhadap para siswa. Karena dikhawatirkan atap dan dinding gedung tiba-tiba ambruk saat siswa dalam proses belajar-mengajar.
“Kami gak mau ambil resiko, makanya pilih pulangkan siswa atau liburkan sekolah saat hujan terus menerus,” sebutnya. (jr)