Tampil keren, INORGA pelayang bikin terpana

Rahmat bersama rekannya di eks Bandara Selaparang Mataram. (foto kicknews.today/wn)

kicknews.today – INORGA perkumpulan pelayang Indonesia digelar di eks bandara Selaparang kota Mataram, Selasa (29/7/2025). Langit biru nan indah dihiasi dengan kreasi layang layang penuh warna yang berasal dari seluruh nusantara dan berhasil membuat siapa saja yang melihatnya terpukau. 

Penuh kreativitas, kata inilah yang cocok disematkan bagi para pecinta pelayang yang hadir menyemarakkan Gelaran Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII 2025.

Salah satu peserta pelayang dari Kepulauan Riau, Rahmat mengungkapkan rasa bahagianya bisa ikut berpartisipasi dalam gelaran Fornas ini. Meski datang cuma berdua dengan rekannya, ia tetap semangat, Rahmat menampilkan berbagai macam bentuk dan kategori layangan, mulai dari dragon kite, 3D Kreasi, 2D Kreasi, hingga spot kids, dan trend renteng yang semuanya dirakit secara mandiri dengan penuh ketelitian, dan hampir memakan waktu dua jam. 

”Ya kan kami buat di sini, rakit langsung sebelum diterbangkan, butuh waktu satu hingga dua jam ini. Ribet tapi menyenangkan. Ini bukan sekadar main layang-layang, ini karya seni yang butuh teknik, tenaga, dan tim yang kompak,” ujar Rahmat.

Sementara untuk tantangan terbesar para pelayang adalah lokasi penerbangan yang terbatas di perkotaan seperti Mataram. Sawah pun kerap menjadi pilihan terbaik, meski harus menunggu musim panen dan cuaca cerah. Selain itu, tantangan lainnya juga datang dari alam, yakni angin yang terlalu kencang bisa merusak struktur layangan atau gagal terbang sama sekali.

“Lahan kosong susah ditemukan di kota. Kami biasanya terbangkan saat musim panas, setelah panen, dan itu pun belum tentu anginnya bersahabat,” timpalnya.

Disinggung soal biaya setiap lomba, Rahmat menjelaskan biaya ditanggung secara mandiri. Satu layangan memakan biaya hingga puluhan juta, seperti misalnya Harga layangan kreasi yang sedang di tampilkan ini bisa mencapai Rp50 juta per unit tergantung desain dan ukuran. Namun, bagi para pelayang, nilai karya tidak bisa diukur dengan angka.

”Nyicil sendiri gada dana dari pemerintah, dalam arti kata ini kan layangan sendiri, dan hobi, pas ada lomba dan kita tau mau bentuk seperti apa, nanti kita cicil perlengkapannya seperti beli kain, beli fiber. Fiber ini kuat dan tidak bisa dimakan rayap,” katanya.

Yang menarik, para seniman layangan dari NTB tengah berproses belajar membuat kreasi layangan tiga dimensi seperti naga yang terinspirasi dari daerah lain agar bisa tampil mewakilkan NTB di Fornas yang akan datang. 

“Kami punya banyak seniman, tapi saat ini masih fokus di tradisional. Nantinya, kami ingin ke arah 3D, belajar dari kawan-kawan luar daerah yang sudah lebih dulu,” ujar Jaka dari pelangi NTB

Para pelayang ini tidak hanya bermain untuk menang, melainkan juga misi edukasi. Layangan bukan sekadar permainan anak-anak, tapi juga medium pembelajaran, kreativitas, dan budaya. Pelangi Layang Indonesia, misalnya, rutin menyasar sekolah-sekolah untuk mengajarkan pembuatan layang-layang kreasi. Beberapa karya mereka bahkan sudah tampil di festival internasional seperti Malaysia dan Thailand.

”Kami tu tetap mengedukasi masyarakat terutama anak sekolah, jadi mereka itu tidak hanya tau soal layangan biasa tapi bisa membuat yang lebih karena ini membutuhkan kreativitas dan ide berpikir buat sarana belajar juga,” terang Rahmat.

Para pemain optimis, kalah menang dalam pertandingan adalah hal biasa yang penting sudah menampilkan yang terbaik. (wii) 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI