kicknews.today – Berbicara tentang tradisi lisan berarti berbicara tentang kehidupan masyarakat Sumbawa. Lebih dari sekedar hiburan, tradisi lisan merupakan ekspresi kehidupan budaya masyarakat Sumbawa. Tradisi lisan dapat ditemukan di hampir setiap acara seperti pernikahan, khitanan, peringatan kemerdekaan, perayaan keagamaan, Maulid Nabi Muhammad, dan festival seni-budaya.
Ungkapan puitis dalam kehidupan sehari-hari
Masyarakat Sumbawa menyebut diri mereka ‘Tau Samawa’ yang berarti ‘orang asli Sumbawa’. Dalam buku Pilar-pilar Budaya Sumbawa (2015: 40), Kalimati menjelaskan bahwa istilah Tau Samawa membedakan masyarakat dengan suku bangsa lain yang tinggal di pulau tersebut. Penjelasan lebih lanjut, istilah tersebut mencirikan masyarakat Sumbawa dalam sastra lisan ketika kesenian diekspresikan.

Selain itu, mengacu pada dua wilayah; Sumbawa Besar dan Sumbawa Barat, istilah ano siyup (matahari terbit) untuk Sumbawa Besar dan ano rawi (senja) untuk Sumbawa Barat adalah ungkapan puitis yang selalu dihadirkan dalam sastra lisan ketika para penyanyi atau pujangga menyebut kedua daerah tersebut. Bahkan pada nama orang dan tempat, penggunaan istilah ano rawi dan ano siyup sering dijumpai pada nama anak, restoran, hotel, travel agent, produk makanan, dan merk bisnis lainnya. Karena istilah tersebut sering ditemukan dalam seni puisi lisan Sumbawa, maka istilah tersebut menjadi istilah favorit yang digunakan di masyarakat.
Ada banyak jenis kesenian dalam kebudayaan Sumbawa, yang paling dikenal adalah seni sastra “lawas” atau puisi lisan. Hampir setiap lirik dalam tradisi lisan, baik dongeng, tembang, pantun, dan lainnya banyak dipengaruhi unsur lawas di dalamnya. Lawas sendiri memiliki berbagai tema, diantaranya lawas pamuji (puijian kepada Tuhan) atau lawas akherat, percintaan muda-mudi, politik, pendidikan, peristiwa, dan humor atau racik.
Syair lawas pamuji atau lawas akherat
Masyarakat Sumbawa memegang falsafah hidup lama, dalam Bahasa Sumbawa: “Adat Barenti ko Syara’, Syara’ Barenti ko Kitabullah” yang artinya budaya lokal berdasarkan Syariah dan Syariah berdasarkan Al-Qura’an. Falsafah ini telah dibuat oleh nenek moyang, bertujuan untuk mengarahkan orang untuk bertindak dan berpikir berdasarkan nilai-nilai Tau Samawa yang percaya pada Syariah dan Al-Qur’an.
Berikut contoh lawas pamuji/pasatotang (akherat) yang dikutip dari buku Serium Lawas Samawa, (2018:53).
Ling dunia pang tu tanam di dunia kita menanam
Pang Akherat po tu pata di akhirat kita memanen
Ka tu boat nan po ada kita terima apa yang kita lakukan
Jira nusung ko dunia terlalu bangga akan dunia
No monda rajin ibadat malas melakukan ibadah
Datang mate nan po mato Ketika ajal datang barulah sadar
Na kalupa totang mate ingatlah selalu kematian
mu katipu ling dunia tertipu oleh dunia
nan po rena sajan parak akhirat semakin dekat
benru parak mo ke ajal ketika ajal begitu dekat
sakit mo boat ibadat terasa susah beribadah
nan po masa sesal diri penyesalan pun datang
salah satu contoh syair puisi lisan dalam pertunjukan seni Sumbawa yang mengandung pujian kepada Tuhan, ajaran untuk beribadah dan peringatan akan kematian. Biasanya lawas selalu ada dalam festival seperti perayaan ulang tahun daerah atau bahkan acaa Islami. Lawas pujian adalah salah satu lawas yang paling dihargai masyarakat setempat. Selain lawas tema agama, lawas tema humor pun adalah salah satu syair yang paling dinantikan penonton.
Syair lawas humor sensual
Lawas humor biasanya ada pada akhir pertunjukan Sakeco (seni pertunjukan dengan menembangkan lawas dalam lirik cerita sambil memainkan rebana, ditampilkan minimal oleh dua orang sambil bersahutan). Lawas tema humor dalam sakeco disebut racik. Dalam racik biasanya syairnya mengandung kata-kata vulgar sebagai humor.
Contoh lawas aau puisi lisan dengan tema sensual sebagai humor yang dikutip dari berbagai pertunjukan seni Sakeco.
Tubersatu malam ini Kita bersatu malam ini
Ke gadis nama kartini dengan gadis bernama Kartini
Maaf adi numpang tanya maaf adinda, numpang tanya
Kalau mau sama mau kalau mau sama mau
Buka lubang tutup lubang buka lubang tutup lubang
Tu bawa ko bale penghulu kita ke rumah penghulu
Dapat mu bale penghulu sampai di rumah penghulu
Ya pariksa buka dulu diperiksa dan dibuka dulu
Lamen tutu adi rela jika benar adinda rela
Jangan sampai banyak omong jangan sampai banyak omong
Ibarat tu main bola ibarat kita main bola
Temak langsung jaring lantar jaring tendang langsung tembus jaring
Setelah syair terakhir biasanya penonton akan tertawa meriah, mereka bersorak dan bertepuk tangan. Syair dalam humor sensual memang sering menggunakan kata-kata yang dalam masyarakat bersifat vulgar, namun dianggap sebagai hiburan semata. Dalam pertunjukan tradisi lisan seperti seni Sakeco, tema akherat atau keagamaan, biasanya unsur lawas pujian Tuhan dinyanyikan di awal dan inti syair, namun pada bagian terakhir sering ditutup dengan humor sensual agar masyarakat terhibur. Tradisi lisan mengalami banyak perkembangan sesuai dengan perubahan jaman, dan tradisi lisan dengan nilai agama dan ditutup dengan humor sensual masih menjadi hiburan yang diminati masyarakat hingga sekarang. (red)