kicknews.today – Elektabilitas Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara 2024, Lalu Muchsin Effendi-Junaidi Arif unggul dengan 39,3 persen. Sementara Paslon Najmul Akhyar-Kusmalahadi Syamsuri di posisi kedua dengan 30,1 persen dan Danny Karter Febrianto dan M. Zaki Abdillah sebesar 26,6 persen di posisi ketiga.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil survei Lembaga Riset dan Survei Semar Political Institute (SPIN) jelang pemungutan suara yang digelar 27 November 2024.
”Dari presentase tersebut, responden yang menjawab tidak tahu atau tidak jawab (TT/TJ) sebesar 4,0 persen,” jelas Direktur Eksekutif SPIN, Mawardin, Jumat (22/11/2024).
Mawardin menjelaskan, survei SPIN dilaksanakan pada periode 15 – 20 November 2024 dengan jumlah sampel 515 responden melalui wawancara tatap muka. Responden merupakan warga yang punya hak pilih, dan tersebar secara proporsional di 5 Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Survei ini berpedoman pada kuisioner terstruktur dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 4,4 persen dan tingkat kepercayaan (confidence level) sekitar 95 persen.
Dalam analisis SPIN, peluang besar keterpilihan Muchsin-Junaidi yang bertengger di posisi teratas disebabkan oleh tiga hal pokok. Pertama, visi-misi Arah Baru Lombok Utara dan program kerja dari Muchsin-Junaidi lebih menarik atensi masyarakat, sekaligus sejalan dengan geliat massa akar rumput yang semakin menghendaki perubahan.
Kedua, daya magnet dari figur Muchsin yang dipersepsikan mampu membangkitkan Kabupaten Lombok Utara dari ketertinggalan, bermodalkan kapasitas intelektual, jaringan sosio-kultural, serta gaya komunikasi simpatik yang melekat pada Muchsin.
”Ketiga, terjadi migrasi elektoral dari paslon lain, kemudian berhijrah ke paslon Muchsin-Junaidi yang dianggap mencerminkan kebaruan, dan belum terkontaminasi dengan rezim elite lokal yang bernuansa status quo,” jelasnya.
Kemelekatan pemilih terhadap Muchsin-Junaidi tergolong “strong voter”, pemilih yang sudah mantap pilihan politiknya. Gabungan antara basis massa tradisionalnya selama ini, konteks representasi geopolitik Lombok Utara, ditambah limpahan ceruk suara termutakhir menunjukkan Muchsin-Junaidi memiliki peluang yang sangat terbuka jelang beberapa hari pencoblosan. Temuan lain yang menarik, Muchsin-Junaidi yang menduduki papan atas angka elektabilitas, tampaknya bersaing ketat dengan Najmul-Kus, berkorelasi dengan perputaran isu-isu yang berkembang dalam ruang publik Lombok Utara.
”Sentimen isu dinasti politik misalnya, ikut mempengaruhi stagnasi elektabilitas Najmul-Kus, sementara persepsi positif publik mengarah kepada Muchsin-Junaidi, terlebih manajemen konstituensi dan strategi sosialisasi yang masif,” ungkap dia.
Adapun Danny-Zaki lanjut Mawardin, meskipun manajemen isunya canggih, namun masih diasosiasikan sebagai lingkaran status quo. Figur Danny maupun Zaki juga menarik, akan tetapi belum dikapitalisasi dengan optimal yang berdampak secara elektoral.
Rekomendasi bagi para kandidat yang berkontestasi, partai-partai pengusung/pendukung serta massa pendukung antar paslon, agar menghindari blunder atau “gempa politik” yang berakibat terjadinya turbulensi elektoral.
”Sementara bagi paslon yang masih stagnan elektabilitasnya, perlu endorsement dan dukungan serius dari tokoh-tokoh yang punya magnet elektoral, mengimplementasikan bauran isu dan program berdaya ledak masif yang sejalan dengan aspirasi rakyat Lombok Utara,” bebernya.
Mawardin menambahkan, survei ini memotret dinamika politik yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara menjelang Pilkada Serentak 27 November 2024. SPIN melakukan survei pada tanggal 15 – 20 November 2024 di Kabupaten Lombok Utara.
Sejatinya, SPIN menyajikan hasil survei mengenai preferensi politik masyarakat Kabupaten Lombok Utara menyambut Pilkada Serentak. Rilis survei terutama mengupas perkembangan mutakhir tingkat elektabilitas tiga pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara. Hasil survei yang dilengkapi juga dengan analisis kualitatif ini dapat menjadi referensi bagi segenap pemangku kepentingan dalam memahami suara publik.
”Dalam hal kemantapan pilihan 72,2 persen responden mengaku sudah mantap akan pilihannya. Sedangkan 20,6 persen mengaku masih mungkin berubah. Sementara 7,2 persen menjawab tidak tahu,” pungkasnya. (jr)