kicknews.today – Wisata Senggigi Lombok Barat masih dihantui banjir bandang. Pasalnya, hampir setiap tahun wisata terpopuler di Lombok itu kerap dilanda banjir. Kondisi itupun dikeluhkan masyarakat dan wisatawan.
Masyarakat dan Pemda Lombok Barat pun mempertanyakan peran Balai Jalan Provinsi NTB. Sebab, kondisi itu terkesan dibiarkan dan taka da penanganan sedikitpun.

Seorang Penggiat Pariwisata di kawasan Senggigi, Irwandhi mengaku, kondisi ini membuat masyarakat dan wisatawan was-was. Dia meminta Balai Jalan segera menangani penyebab banjir itu. Salah satunya gorong-gorong di depan Hotel Sheraton Senggigi perlu diperbaiki.
Seperti banjir bandang yang terjadi Selasa sore (9/5). Lalu lintas terhambat. Bahkan beberapa pengendara terjatuh akibat derasnya banjir yang meluap ke jalan.
“Gorong-gorong ini terlalu kecil untuk dilewati arus banjir, sehingga yang terjadi banjir meluap ke jalan. Begitupun di gorong-gorong jalan kawasan Pusuk Lestari,” akunya, Rabu (10/5).
Kondisi ini menurut dia, tentu membuat warga dan wisatawan was-was jika terjadi hujan deras. Kondisi ini juga menghambat para investor untuk berinvestasi di wilayah Senggigi, umumnya Batu Layar.
“Kami harap ada atensi cepat dari Balai Jalan,” harapnya.
Sementara, Kalak BPBD Lombok Barat Syahrudin mengaku sudah lama bersurat kepada Balai Jalan NTB untuk menangani hal itu. Bahkan sejak dirinya masih menjabat sebagai Camat Batu Layar.
“Tapi tidak ada tindak lanjut sama sekali dari pihak Balai Jalan,” sesalnya.
Namun, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Sekda Lombok Barat, dengan harapan adanya intervensi dari Pemda Lombok Barat bisa segara ada perhatian dari pihak Balai Jalan.
“Mungkin besok atau lusa kita coba koordinasi dengan Balai Jalan bersama pak Sekda. Kita minta supaya diprioritaskan itu, karena bagaimanapun itu tanggung jawabnya Provinsi dan Balai Jalan,” tandasnya.
Seperti banjir di depan Hotel Sheraton lanjut Syahrudin, solusinya hanya satu. Balai jalan segera membongkar dan mengganti gorong-gorong yang lebih besar. Karena rancangan tersebut tidak sesuai ketika terjadi banjir dari hulu. Belum lagi banyak ranting pohon dan sampah-sampah terbawa banjir kerap menutup pintu saluran.
“Gorong-gorong itu terlalu kecil. Memang waktu dulu dibangun, hutan di atas masih terjaga. Walaupun ada banjir tidak sampai meluap, karena jarang ranting dan sampah-sampah yang menutup pintu saluran,” jelas dia.
Namun saat ini kata dia, karena alih fungai lahan kian marak dan masyarakat yang dinilai sudah tidak lagi ramah terhadap lingkungan. Akibatnya, air yang mengalir dari hulu membawa berbagai macam sampah. (ys)