kicknews.today – Perang Topat dan Puja Wali adalah simbol keharmonisan hubungan antar umat beragama di Lombok Barat (Lobar). Bahkan tradisi ini sudah diajukan menjadi Kalender Event Nasional (KEN).
Perang Topat artinya perang ketupat yang melibatkan ribuan warga dua agama di Lingsar Lombok Barat. Dari sejarahnya, Perang Topat merupakan tradisi turun temurun yang mulai dilakukan sepeninggal penjajahan Bali di Lombok di masa lampau.
Tradisi ini di lakukan dengan cara saling lempar dengan menggunakan ketupat antara umat Islam dan Hindu Lombok. Dengan menggunakan pakaian adat khas Sasak dan Bali, ribuan warga dua agama bersama-sama dengan damai merayakan upacara keagamaan.
Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok. Acara ini biasanya digelar pada sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak.
Perang topat sempat vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19. Event Perang Topat kembali digelar oleh Pemerintah Kabupaten Lobar pada Kamis (8/12).
Kegiatan yang mengambil tempat di Taman Lingsar ini digelar atas kerjasama dengan Bea Cukai Kota Mataram melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
Bupati Lobar H. Fauzan Khalid dalam sambutannya mengatakan, tradisi tahunan yang melibatkan masyarakat Hindu dan Muslim di Lingsar ini merupakan simbol keharmonisan antar umat beragama di Lombok. Perang Topat dan Puja Wali merupakan peninggalan nenek moyang untuk mengajari bagaimana bersikap tanpa memandang perbedaan.
“Kata orang bijak, perbedaan itu bukan untuk diperdebatkan, karena perbedaan itu adalah sunnatullah, hukum alam, tidak ada artinya kita mentengkarkan perbedaan,” ujar Bupati.
“Yang harus kita lakukan adalah secara terus menerus berusaha untuk mempererat rasa persatuan dan kesatuan,” lanjutnya.
Bupati mengatakan, untuk menjaga adat istiadat yang ditinggalkan nenek moyang itu adalah tugas setiap masyarakat di wilayah tersebut. Ia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga dan menyebarkan budaya tersebut.
“Tugas kita ialah melestarikan budaya ini dan menyebarkannya supaya semua masyarakat Islam dan Hindu, Suku Sasak dan Suku Bali mereka menyadari persatuan itu harus terus di rekatkan tanpa mempertengkarkan perbedaan,” ujar Fauzan. (ys)