‘Merarik’ dan ‘Nyongkolan’ Sasak ialah simbol keberanian mengambil resiko dan tanggung jawab

Doc. Tradisi Nyongkolan Suku Sasak

kicknews.today – Mungkin terkesan sebagai tindakan kriminal ketika prosesi perkawinan yang dilakukan sebagian orang dalam adat Sasak dimulai dengan ‘mencuri’ calon mempelai wanita. Namun hal ini tidak seperti yang dibayangkan, karena sejatinya prosesi melarikan pasangan ini sudah dilakukan dari hasil musyawarah kedua belah pihak yakni calon mempelai pria dan wanita dan diperhitungkan dengan matang.

Merarik dalam adat Sasak memiliki aturan yang ketat secara norma adat dan agama. Merarik adalah prosesi sebelum menikah yang mengharuskan calon mempelai pria ‘mencuri’ calon mempelai wanita untuk dibawa pulang ke rumah pihak laki-laki dan telah direncanakan oleh pasangan yang akan menikah tersebut. Persetujuan untuk bersedia ‘dicuri’ bagi calon mempelai wanita menandakan bahwa persetujuan untuk menikah dengan calon mempelai pria sehingga ada kesempatan untuk menolak untuk ‘dicuri’ apabila mempelai wanita tidak setuju menikah dengan calon mempelai pria.

Menurut penelitian budaya yang dilakukan Febri Triwahyudi dan Achmad Mujab Masykur dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dengan tema “Makna merarik dan nyongkolan bagi pasangan pengantin di Nusa Tenggara Barat” dikatakan, merarik dan nyongkolan adalah prosesi adat suku Sasak yang sudah ada dari dahulu yang merupakan prosesi wajib sebeum pernikahan.

Menurutnya, pasangan pengantin memaknai merarik dan nyongkolan sebagai simbolisasi keberanian mengambil resiko, kesiapan mencari nafkah, kesiapan membina rumah tangga dengan pasangannya, dan kesiapan bertanggung jawab. Ketaatan akan hukum adat dan denda adat turut menjadi makna merarik dan nyongolan bagi pasangan pengantin.

Secara khusus mengenai nyongkolan dijelaskan dia merupakan prosesi yang dilakukan oleh sepasang pengantin usai upacara perkawinan. Prosesi nyongkolan dilakukan dengan mengenakan busana adat yang khas, pengantin dan keluarga yang ditemani oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemuka adat beserta sanak saudara, berjalan keliling desa dengan diiringi tetabuhan gendang dan alat kesenian lain.

“Tradisi ini juga merupakan sebuah bentuk pengumuman bahwa pasangan tersebut sudah resmi menikah,” katanya dalam jurnal tersebut.

Mempelai pria pasangan pernikahan yang melaksanakan upacara nyongkolan sejatinya diharap akan lebih bertangung jawab pada pasangannya karena sebenarnya dalam adat Sasak, upacara nyongkolan adalah puncak dari prosesi adat pernikahan yang memiliki arti mempelai pria dibebani tanggungjawab untuk dapat bertangung jawab akan dirinya, pasangan hidupnya dan anak-anaknya.

Mempelai pria yang telah menikah juga akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap pasanganya kepada orangtua mempelai wanita, pertangungjawaban terhadap pernikahan berupa kesejahteraan hidup yang diberikan kepada mempelai wanita karena sebelum pernikahan berlangsung mempelai pria harus cukup mapan untuk dapat diberikan tanggungjawab pada pernikahan. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI