Mengenal Tiu, tradisi naik kuda warga Lombok Timur digelar sehari setelah lebaran

kicknews.today – Tradisi yang terus dijaga dan dibudayakan dari generasi ke generasi hingga kini oleh masyarakat Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia yaitu, Tiu. Tradisi arak-arakan menunggang Kuda ini diadakan satu tahun sekali pada sehari setelah lebaran.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan ibadah puasa atau tepatnya setelah Lebaran. Bahkan saat ini, sejumlah persiapan pelaksanaan sudah di mulai sejak pekan pertama Ramadhan 1444 H oleh masyarakat.

Desa Jantuk Kecamatan Sukamulia ini sendiri merupakan Desa yang memiliki tradisi unik saat hari lebaran. Baik pria dan wanita sama-sama keluar ke jalan dengan membawa kuda tunggangannya berjalan beriringan seperti pawai.

Tradisi Tiu ini konon dilakukan sebagai bentuk nilai-nilai perjuangan masyarakat dalam melawan para penjajah oleh nenek moyang mereka. Memang masyarakat Jantuk yang merupakan keturunan Sumbawa dahulu banyak mengandalkan hidupnya dari beternak kuda.

Saat ini, beberapa persiapan terlihat menjelang lebaran yang tinggal beberapa hari lagi. Salah satunya warga setempat terutama anak muda sudah bersiap-siap untuk menyewa kuda dari berbagai pelosok di Pulau Lombok.

Bahkan sejak satu minggu puasa berjalan sudah dibangun komunikasi, hingga ada juga yang sudah buat kesepakatan dengan pemilik para kuda. Tidak hanya itu saja, masyarakat setempat terus berupaya mencari kuda sampai dapat.

“Kita masing-masing disini seminggu ini sudah mencari dan berkomunikasi dengan pemilik kuda yang akan kita sewa,” kata Ecik, seorang warga setempat, Rabu (19/4).

Menurutnya, saat ini lokasi penyewaan kuda langka di Lombok. Baik di Mataram, Lombok Tengah dan bahkan Lombok Timur sendiri agak sulit khususnya di tahun ini. Bahkan ia sebutkan harga sewa persatu ekor kuda hingga tiga jutaan rupiah.

Pada jaman dulu, kuda yang dipakai nanti kata dia, dihiasi dengan bunga-bunga dan selendang berwarna warni. Kemudian dikalungkan di leher dan kepalanya biar terlihat menarik. Namun sekarang, sudah berbeda dan jarang dirias. Para pemuda hanya menunggang bolak balik sekitar jalan raya di Desa Jantuk sampai batas waktu ditentukan.

“Biasanya ratusan kuda itu mulai didatangkan ke Desa Jantuk saat hari Lebaran, tepatnya pada sore harinya,” katanya.

Kuda yang ditangkan itu semua memang sengaja disewa oleh warga setempat untuk ditunggangi pada hari esoknya. Tak itu saja, bahkan warga yang datang mudik tidak sedikit yang mengikuti tradisi tersebut.

“Ada juga warga desa lain berdatangan hanya untuk nonton Tiu,” ujarnya.

Kegiatan tradisi Tiu tersebut dilaksanakan pada sore dan pada malam hari. Pada hari lebaran sekitar pukul 16.00 Wita atau setelah shalat Ashar hingga sebelum Maghrib. Setelah itu kuda mereka diistirahatkan untuk dilanjutkan pada dini hari. (cit)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI