Mengapa di Lombok kerap terjadi laki-laki nikahi 2 perempuan sekaligus?

kicknews.today – Korik Akbar, pemuda 20 tahun asal Desa Kuta Kecamatn Pujut, Lombok Tengah, jadi perbincangan netizan setelah beritanya menikahi dua perempuan sekaligus viral.

Dalam pengakuannya kepada wartawan, Korik mengajak kedua pacarnya Nur Khusnul Kotimah (20) dan Yuanita Ruri (21) untuk menikah bersamaan.

Rupanya Korik tidak memberitahukan niatnya poligami kepada kedua pacarnya itu hingga prosesi merariq (kawin lari) dilakukan.

“Saya tidak kasih tahu. Setelah di rumah, keduanya baru tahu mereka dimadu,” aku Korik kepada kicknews.today.

“Kita sama-sama pernah menikah, namun telah cerai,” pungkasnya.

Sedangkan Khusnul mengaku “diculik” ke rumah Korik sebagai bagian dari prosesi adat merariq. Namun, beberapa waktu setelah tiba di rumah keluarga Korik, pacar Korik yang lain, Yuanita ternyata juga datang.

Khusnul mengaku pasrah dengan keputusan Korik yang turut mengakomodasi kepentingan mantannya itu.

“Namanya jodoh, saya akan jalani saja. Saya tahu (akan dimadu setelah di rumahnya,” kata Khusnul.

Untuk fenomena pernikahan ganda seperti ini, di Lombok memang kerap terjadi. Meskipun di daerah lain juga ada, tetapi kejadian seperti ini untuk di Lombok masih memegang rekor.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Nusa Tenggara Barat (PKBI NTB) Ahmad Hidayat yang dihubungi, Kamis (29/7) mengatakan kalau pernikahan ganda semacam ini bukanlah merupakan budaya masyarakat Sasak yang tinggal di Pulau Lombok.

“Itu bukan masyarakat di sini, tetapi dalam prosesnya melibatkan budaya,” katanya.

Dia menjelasakan, dalam konteks pernikahan ganda semacam ini, budaya selarian atau kawin lari memiliki peran besar dalam prosesnya. Padahal pernikahan ganda tidak merupakan bagian dari budaya masyarakat.

Dia melihat setidaknya ada tiga aspek yang mempengaruhi pernikahan ganda seperti ini kerap terjadi di Lombok. Yang pertama, dalam beberapa kasus, ada ketidak jujuran. Pria yang akrab dipanggil Dayat itu memberi contoh dalam kejadian terbaru di atas, perempuan tidak mengetahui kalau laki-laki yang akan dinikahinya juga mempunyai calon mempelai yang lain.

“Ketika sudah sampai di rumah keluarga laki-laki barulah dia mengetahui hal tersebut,” jelasnya.

Lalu yang kedua, dalam proses kawin lari, nilai yang dibangun di tengah masyarakat Sasak di Lombok ialah pantang pulang sebelum menikah jika sudah dilarikan. Bahkan hal ini dapat menjadi aib keluarga jika permpuan setelah dilarikan kemudian pulang tanpa menikah.

Yang ketiga, dia melihat fenomena pernikahan ganda itu banyak terjadi di usia muda sehingga dalam hal ini untuk perempuan menolak keputusan laki-laki sangat rendah.

Perempuan kerap terjebak dengan situasi, sehingga mau tidak mau harus pasrah dengan keadaan,” jabarnya.

Untuk diketahui, PKBI merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak untuk mengkampanyekan ketahanan keluarga yang baik, toleran dan menjunjung tinggi pemenuhan hak asasi setiap individu. (red.)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI