Memahami kata Sanro ‘orang pintar’ dari Makassar dan Sumbawa

kicknews.today – Setiap wilayah di Indonesia memiliki bahasa daerah masing-masing yang digunakan dalam berkomunikasi. Bahkan bahasa daerah di satu wilayah dengan wilayah lain mempunyai kesamaan.

Seperti penyebutan Sanro untuk dukun, tabib atau ‘orang pintar’ di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kata Sanro panggilan dukun ini juga dipakai oleh masyarakat Suku Bugis Makassar di Sulawesi Selatan.

Masyarakat Makassar menyebutkan panggilan Sanro bagi dukun dan tabib serta orang-orang yang mengerti ilmu supranatural, telah digunakan sejak zaman kerajaan Gowa.

“Kata sanro dulunya dipakai oleh Suku Makassar sewaktu zaman kerajaan Gowa, kemudian menyebar ke masyarakat suku Bugis,” kata seorang warga Makassar, Amal Nur, Rabu (23/9).

Hingga kini masyarakat yang hidup di pedesaan menggunakan kata Sanro sebagai panggilan dukun. Menurutnya, Sanro mempunyai ritual-ritual khusus dalam mengobati atau menyembuhkan seseorang.

Contohnya seperti melalui merapalkan mantra hingga memberikan pengorbanan (tumbal). Tumbal tersebut tergantung dari permintaan Sanro.

“Di Sulawesi Selatan daerah yang paling kental dengan budaya Sanro-nya terdapat di suku Kajang yang ada di Kabupaten Bulukumba dan daerah Galesong, Kabupaten Takalar,” tutupnya.

Sementara asal muasal penggunaan kata sanro di Sumbawa belum ada literatur terkait ini. Akan tetapi diduga penggunaan kata Sanro di Sumbawa disebabkan oleh etnik suku Mandar, Bugis dan Makassar.

Suku tersebut mendiami dan tersebar di wilayah Sumbawa. Akibatnya bahasa Samawa berkembang dengan mendapat kata-kata serapan dari bahasa asal etnik para penuturnya.

Hal ini dibenarkan oleh Peneliti Antropologi dan Budaya lulusan Universitas di Jerman, Anisa Hidayat. Dia menjelaskan, kata Sanro atau Sandro merupakan istilah yang melekat pada masyarakat Sumbawa.

Namun demikian istilah yang sama bukan berarti bahasa daerah Sumbawa dengan bahasa orang suku Bugis Makassar sama.

“Meski kedua wilayah menggunakan kata yang sama bukan berarti bahasa daerah sama. Pada dasarnya bahasa Sumbawa gak sama dengan bahasa Makasar atau Bugis,” jelasnya.

Anisa mengatakan, kesamaan istilah ini terjadi dikarenakan pendatang Bugis dan Makassar ketika kerajaan Gowa Talo kawin mawin dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Sumbawa (Kedatuan Taliwang, Kedatuan Seran, Kedatuan Jereweh). Menurutnya, penggunaan istilah kata Sanro sudah ada sejak abad ke-17.

Dari perkwaninan tersebut membawa banyak pendatang dari Sulawesi Selatan, sehingga bahasa-bahasa yang digunakan untuk komunikasi jadi beragam. “Jika di Sumbawa tabib disebut Sandro atau Sanro, di Bima Sando, di Makassar dan bugis juga disebut Sanro, artinya bahasanya sudah tercampur,” tutup Anisah. (nur)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI