Sastrawan sesalkan diskriminasi WNA di Pantai Lawata Kota Bima oleh oknum ASN

Manager Pendidikan dan Kebudayaan Geopark Tambora, Burhanudin dan seorang WNA saat berkunjung ke Museum Samparaja Bima.
kicknews.today – Diskriminasi terhadap seorang warga negara asing (WNA) gegara membawa anjing pelihara ke Pantai Lawata Kota Bima, NTB menuai sorotan banyak pihak. Satu diantaranya adalah Manager Pendidikan dan Kebudayaan Geopark Tambora, Baharudin atau yang dikenal dengan nama pena La Ndolo Conary. 
 
”Untuk menentukan sikap seseorang bisa dibenarkan atau disalahkan, perlu ada standar yang diatur atau ditetapkan dan hal tersebut diketahui oleh umum,” tegas Baharudin yang juga sastrawan ini pada Senin (23/6/2025).
 
Soal sikap pemandu wisata yang diketahui ASN (Aparatur Sipil Negara) terhadap WNA yang bawa anjing di Lawata itu jelas dia, harus dilihat pada kejelasan aturannya. Jika pun ada larangan, tidak boleh berlaku kasar pada tamu. Kalau aturannya tidak ada, oknum pemandu wisata tak boleh terlalu arogan.
 
”Sepengetahuan saya, kehadiran kapal Arka Kinari ke Kota Bima yang ditumpangi WNA itu sudah menyampaikan surat pemberitahuan ke dinas,” ujar pria yang juga novelis ini. 
 
Menurut La Ndolo, perlu dipahami juga, bagi WNA bahwa anjing yang mereka pelihara sudah dianggap seperti keluarganya. Mereka merawat cukup baik.
 
”Ini penting dipahami, terutama bagi pemandu wisata,” tegas La Ndolo.
 
Tidak hanya itu lanjut La Ndolo, jika merasa perbuatan pegawai itu salah, semestinya menyampaikan permohonan maaf pada pihak Arka Kinari. Kemudian harus membina dan beri sanksi kepada oknum ASN pemandu wisata tersebut, jangan lagi tugaskan bersangkutan ke destinasi wisata. 
 
Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pegawai yang bertugas di destinasi wisata. Mereka harus memiliki pemahaman terhadap pelayanan yang ramah dan berwibawa, termasuk pada hewan peliharaan yang dibawa tamu.
 
”Pegawai atau mereka yang bekerja di destinasi wisata perlu bersikap ramah pada tamu. Semua pengunjung harus diperlakukan secara adil. Kadang perbuatan satu orang bisa berdampak besar juga, sebab informasi sangat cepat tersebar,” pungkasnya.
 
Diberitakan sebelumnya, seorang WNA mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari oknum petugas pariwisata saat tiba di Pantai Lawata Kota Bima, NTB. Oknum tersebut keberatan lantaran salah satu dari rombongan WNA membawa anjing peliharaan. Bahkan sempat terjadi cekcok.
 
”Saya melihat langsung bagaimana arogannya oknum petugas itu. Dia membentak WNA itu dengan bahasa yang tak elok didengar,” ungkap Budayawan Bima, Fahrurizki yang ikut menyambut kedatangan rombongan WNA di Pantai Lawata beberapa waktu lalu.
 
Fahrurizki menjelaskan, kejadian itu berlangsung pada Sabtu, 14 dan 15 Juni 2025. Bermula kapal yang ditumpangi sejumlah WNA bersandar di Pantai Lawata. Kedatangan mereka ke Kota Bima untuk mengunjungi Museum Samparaja, Situs Wadu Pa’a dan beberapa tempat bersejarah lainnya.
 
”Cekcok terjadi setelah mereka (WNA) turun dari kapal. Oknum petugas itu melontarkan kata-kata kasar lantaran salah satu WNA membawa anjin peliharaan,” katanya.
 
Kepala Dinas Pariwisata Kota Bima, M Natsir menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan wisatawan asing di Pantai Lawata. Tentu persoalan ini menjadi pelajaran dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pengunjung di tempat wisata.
 
”Saya sudah panggil Suhardin, petugas wisata Pantai Lawata untuk klarifikasi soal itu,” kata Natsir. 
 
Natsir mengaku, petugas wisata Pantai Lawata memang menegur WNA tersebut karena membawa anjing peliharaan. Tindakan itu semata-mata bukan atas dasar kebencian atau hal lain, tapi murni untuk kenyamanan pengunjung lain.
 
”Pemkot saat ini memang sedang fokus menggagas wisata halal di Kota Bima. Sehingga ada beberapa tempat tertentu yang memang dilarang untuk keberadaan anjing,” ujarnya. (jr)

 

 

 

 

 

 

 

 
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Kontributor →

Kontributor kicknews

Artikel Terkait

OPINI