kicknews.today – Persoalan sampah di kawasan puncak Gunung Rinjani masih menjadi polemik. Pasalnya, volume sampah yang dibuang sembarang oleh pendaki kini semakin menumpuk di gunung yang merupakan icon pulau Lombok itu.
Juru Kunci Gunung Gunung Rinjani Haedi menyesalkan adanya tumpukan sampah akibat ulah oknum pendaki yang membuang sampah sembarangan. Menurutnya, perbuatan seperti ini sangat disesalkan mengingat Gunung Rinjani dianggap sebagai tempat sakral dan harus dijaga sejak zaman leluhur.

“Gunung Rinjani bukan sekadar tempat wisata, tapi juga memiliki nilai sakral yang perlu dijaga. Jadi, jangan heran ketika alam murka atas ulah tangan manusia,” sesal Haedi ditemui di kediamannya di Sembalun, Minggu malam (7/8).
Alam gunung menurutnya, sama halnya dengan makhluk lain seperti manusia dan jin yang diciptakan oleh Allah SWT. Bila diganggu suatu waktu bisa murka.
“Jangan kira gunung tidak bisa marah,” katanya.
Wajah Rinjani saat ini menurutnya, sangat miris. Tumpukan sampah dengan jumlah banyak hampir ditemukan di setiap tebing di sepanjang jalur pendakian.
Tumpukan sampah tersebut bukan tidak bisa dibersihkan dengan bakti sosial. Bahkan komunitas adat sudah berulang kali bergotong-royong mengangkut sampah-sampah untuk dibuang ke dataran.
“Masalahnya, tumpukan sampah ini tidak bisa dibersihkan secara manual dan perlu waktu yang cukup lama. Harus pakai alat berat kalau bisa,” katanya.
Haedi berharap sejumlah pihak berperan dalam mengatasi persoalan sampah di Gunung Rinjani. Paling tidak dibuatkan regulasi agar para pendaki tidak lagi membuang sampah sembarangan.
“Kami sudah sering kali bersurat, tapi tidak pernah digubris. Masalahnya, keberadaan kami terkesan tidak diakui dan bahkan tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan apapun yang berhubungan dengan Rinjani,” sesalnya.
Untuk diketahui, sejak tahun 2017 hingga tahun 2020, sampah yang terkumpul di Gunung Rinjani capai 23,6 ton. Data tersebut sesuai hasil pendataan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, 16 Desember 2021 lalu.
Berdasarkan data sampah 4 tahun terakhir pada destinasi wisata pendakian di Taman Nasional (TN) Gunung Rinjani, total sampah paling banyak pada tahun 2017 yakni, sebanyak 13.697,51 Kilogram. Sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 4.926,20 Kilogram. Untuk tahun 2019 sebanyak 3.800,63 Kilogram, dan tahun 2020 sebanyak 1.192,5 Kilogram
Menurut BTNGR, sumber sampah berasal dari kegiatan pack in pack out dan juga clean up yang dilakukan di empat jalur resmi pendakian Gunung Rinjani. Ada pun,jenis sampah berupa sampah campuran, kaleng, botol kaca, plastic, botol plastik dan kaleng gas.
“Namun ada penurunan angka jumlah sampah dari tahun ke tahun berbanding lurus dengan total jumlah kunjungan ke destinasi wisata pendakian Gunung Rinjani yang semakin sedikit dari tahun ke tahun,” tulis BTGR melalui akun Instagram, 16 Desember lalu.
Kebiasaan dan pola hidup manusia terang BTNGR kerap memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Salah satunya kebiasaan membuang sampah sembarangan, tidak terkecuali membuang sampah di gunung, termasuk Gunung Rinjani.
Dari data sampah di setiap jalur pendakian pada tahun 2017. Di jalur Senaru memiliki total sampah sebanyak 7.380,51 Kilogram.
Sedangkan di jalur Sembalun sebanyak 6.299 Kilogram. Pun, pada tahun 2018 di jalur Sembalun memiliki sampah sebanyak 2.803,50 Kilogram .
Pada tahun 2019 total sampah paling banyak terkumpul di jalur Senaru sebanyak 1.756,03 Kilogram, kemudian disusul di Jalur Sembalun 1.364,10 Kilogram. Pada jalur Timbanuh sebanyak 475 Kilogram dan Aikberik sebanyak 205,5 Kilogram.
“Tahun 2020 jalur di Sembalun memiliki total sampah terbanyak di bandingkan jalur lainnya yakni 592,2 Kilogram kemudian Senaru 189,5 Kilogram, Timbanuh 363,2 Kilogram dan Aikberik 47,6 Kilogram,” tulis BTNGR.
Secara data, akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan penutupan sementara destinasi wisata di TNGR, penurunan jumlah sampah di destinasi wisata pendakian juga disebabkan oleh kurangnya jumlah pendakian.
“Pembatasan kuota pendakian di Gunung Rinjani, packin pack out yang terintegrasi dengan aplikasi e-Rinjani, kegiatan clean up yang dilakukan secara rutin oleh petugas dan komunitas mampu menekan jumlah sampah,” timpal BTNGR.
Untuk itu, peran penting meningkatnya kesadaran pendaki untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan di atas gunung. (jr)