kicknews.today – Mantan Gubernur NTB Mayjen TNI (Purn) Dr H. Warsito, SH, MM banyak mewariskan prestasi selama 10 memimpin NTB. Selain kemajuan pariwisata NTB, juga sukses membangun infrastruktur dasar dan pertanian yang dilakukan oleh dua pendahulunya, yaitu Wasita Kusumah dan Gatot Suherman.
Seperti apa sosok mendiang H Warsito Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) asal NTB, Khairul Fahmi. Menurut Fahmi, H Warsito adalah sosok pemimpin yang tegas dan berwibawa. Selama 10 tahun menjabat, NTB makin bergeliat maju. Mulai dari sektor pariwisata, pembangunan infrastruktur dasar dan swasembada pangan yang dilakukan oleh dua pendahulunya.
“Waktu Pak Warsito mulai menjabat, saya masih SMP. Baru naik kelas 2. Nah kebetulan ayah saya PNS dan kami tinggal di perumahan dinas. Jadi sering sekali mendengar perbincangan para orang tua tentang Gubernur baru,” kata Fahmi, Kamis (29/9).
Dari perbincangan itu, banyak info yang ditangkap. H Warsito ternyata adalah seorang jenderal yang matang di medan operasi. Terutama di Timur-Timur.
“Sebelum menjadi Gubernur, seingat saya beliau sempat menjabat Panglima Divisi I Kostrad yang bermarkas di Cilodong, Depok,” ujar Fahmi.
Pertama kali bertatap muka katanya, waktu itu pas shalat Jumat di Masjid Raya AT-Taqwa. H Warsito biasanya diantar pakai kendaraan dinas toyota kijang warna putih.
“Kesan yang saya tangkap, orangnya galak, tapi gagah. Namun, belakangan ternyata beliau cukup ramah walaupun tetap tegas khas tentara,” akunya.
Di masa H Warsito menjabat, NTB makin bergeliat maju. Pada masanya, taraf hidup masyarakat NTB juga mengalami peningkatan. Selain dari hasil bumi, sektor pariwisata juga mulai berkembang. Sejumlah destinasi populer, seperti Senggigi, Tiga Gili dan pengembangan kawasan pantai kuta mandalika mulai menggema secara nasional.
“Termasuk juga dimulainya pengembangan budidaya mutiara,” tutur Fahmi.
Pesatnya pembangunan biasanya akan diiringi meningkatnya problem masyarakat dan dinamika sosial politik. Namun selama 10 tahun kepemimpinannya, ia tidak banyak mendengar adanya gejolak yang berpotensi menghadirkan instabilitas. Hanya di penghujung masa kepemimpinannya saja terjadi eskalasi. Namun itu lebih karena imbas perubahan politik nasional, di mana terjadi pergantian kekuasaan dari rezim Soeharto ke Habibie.
“Setelah mengakhiri masa jabatan, beliau kemudian menetap di Surabaya. Aktif di Legiun Veteran dan menjadi Rektor UPN Surabaya,” pungkasnya.
H Warsito tutup usia, Kamis (29/9). Mantan Rektor UPN Surabaya yang juga dikenal dengan Putera Banyumas itu menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 13.55 Wita di RSPAD Jakarta Pusat. (jr)
Editor: Juwair Saddam
Laporkan Konten